Senin, 17 Januari 2011

84 Kartu Pos

Selamat pagi, bung..

Senang mendapat kabar darimu.

Praha kali ini.

Ibuku sudah tak lagi heran menerima kartu pos yang hanya bertuliskan tanggal dan nama kota di mana bung berada.

Yang sebenarnya dapat terlihat dari kartu pos yang memang selalu bung pilih gambar yang paling menunjukkan identitas kota di mana bung berada.

Juga cap pos yang menunjukkan tanggal kapan bung mengirim kartu pos tersebut.

Tetapi selalu begitu, dari waktu muda dulu.

Hanya nama kota, tanggal, dan paraf kecil bung di sisi sebelah kiri.

Sisi sebelah kanan tentu saja nama dan alamat rumahku.

Hanya ada satu kartu pos yang terdapat pesan di atasnya.

“Kabari aku jika kau pindah rumah.”

Ljubljana, 26 Januari 2004.

Sisanya, selalu hanya satu baris terakhir, disertai paraf kecilmu.

Aku masih mengingat ritualmu sebelum membubuhkan paraf atau pun tanda tangan.

Seolah khawatir akan jatuhnya topi petmu dan menimpa kertas yang akan kau tanda tangani sehingga tinta akan menodainya, maka kau akan selalu memakai ulang topi petmu, meyakinkan diri bahwa ia tidak akan terlepas pada saat kau melakukan proses penandatanganan sebuah kertas.

Setelah selesai, kau pasti tersenyum lalu menyulut cerutumu.

Aroma khas cerutu bercampur wewangianmu selalu tertinggal saat kau pergi.

Topi pet dan syal merupakan atribut wajibmu.

Tanpa pelukan hanya ciuman ringan di kening disertai senyum tipis sebelum beranjak.

Pagi ini aku merindukanmu.

Pagi ini aku akan pindah rumah, bung.

Kemana aku harus menyampaikan alamat baruku?

Tertanda,

Aku yang masih sama seperti 11 tahun yang lalu.

----

(dikirim oleh @Yayadesu di http://yayadesu.wordpress.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar