Minggu, 16 Januari 2011

Hari Kedua

Lily yang baik hati,

Sepagian aku mencari pena dan kertas. Akhirnya kudapat dari Pak Marbun, penjaga penjara yang jarang bicara. Itu adalah hal yang tumben. Kadang Pak Marbun tidak benar-benar mendengar aku bicara. Tatap matanya sering memicing padaku. Tetapi ya sudahlah, mungkin itu perasaanku saja.

Lily! Apa kabar? Semoga kau baik-baik saja. Aku harap kuliahmu lancar. Sudah skripsi, khan? Waaahhh… Tidak sabar aku melihatmu memakai toga. Semoga di hari itu, aku sudah keluar dari sini, ya. Semoga! :)

Yah, ini belum terlalu siang tetapi aku sudah menggebu-gebu ingin menulis surat. Tampaknya ini akan menjadi hobi, Li. “Menulis surat cinta.” Hmm.. Hobi yang lucu. Bagaimana menurutmu? Ketimbang meratapi nasib? Itu yang sering aku lihat di sini. Banyak napi di sini, kalau tidak meratapi nasib, ya membuat napi lain maratap-ratap. Begitulah. Penjara adalah dunia yang keras. Malas aku jelaskan. Kamu adalah sosok yang terlalu lembut untuk mengetahuinya. Hehehehe..

Aku sih tahu bahwa Dion tak mungkin datang hari ini. Mungkin seminggu lagi baru nongol batang hidungnya. Biarlah, tak apa. Sambil menunggunya, sehari sekali aku menulis surat untukmu. Jadi setelah ia datang, ada banyak surat yang harus kau baca. Tidak merepotkan, khan?
Kabarnya, nanti sore ibu juga akan menjengukku. Sebenarnya aku ingin menitipkan suratku ini padanya. Tetapi tidak mungkin juga kau menemui ibuku. Jarak antara keluargamu dan keluargaku sudah benar-benar dipagari. Huh.. Itu semua karena ulahku. Sedih rasanya.

Lily, kata sayangmu memenangkan aku. Tiada lawanku dalam hatimu. Aku rindu mendengarkannya secara langsung dari mulutmu yang bersih, dari tempat di mana selalu terlontar kata-kata yang manis dan manja. Jiwaku terbakar-bakar sekarang. Rindu yang berapi-api di siang bolong. Hahahaha.. Ada-ada saja. Aku merasa tidak pantas berkata-kata semacam ini. Menyebalkan! :p

Oh ya, semalam aku bermimpi. Bukan mimpi buruk namun agak menyindir kehidupanku. Kau tahu aku suka mabuk-mabukan dan masuk penjara ini semacam peringatan keras. Entahlah, itu mimpi yang panjang. Ada aku dan teman-teman di sebuah pesta. Sulit kugambarkan. Namun bila kusimpulkan dengan satu kalimat, mimpi itu adalah “di antara aku dan banyak orang yang sedang mabuk di satu pesta, tidak ada satupun malaikat mau menari.” Benar-benar menyinggung aku. Ini penyesalanku. Setelah aku keluar dari sini, aku tidak akan menyentuh alkohol lagi. Aku berjanji.

Lily, aku sadar bahwa cinta kita berjalan di tanah yang penuh batu. Perjalanan yang berat dan menantang, banyak pula para penentang. Aku berharap hati tidak terhalang, kita membentang di saling sayang. Lily, dicintaimu adalah serasa pedal hariku sedang kau ayun menuju tempat yang Tuhan tahu. Kaulah bagian penting pada jubahku, kaulah benang jarum detikku. Jika suatu hari adalah benar kita akan hidup bersama, maka tidak salah sedari dulu kita rela menghadap mati. Kini seperti waktu terus berjalan, kutelusuri jejak kisahku. Meski mata harus memejam, waktu tidak menghapus engkau. Suatu hari nanti adalah hari raya kita bersama. Aku percaya akan hal itu.

Seperti secangkir kopi mendidih yang diaduk bersama gula, siang di sini tidak sepahit yang kurasakan bila kau ada. Aku merindukanmu, ingin menjumpaimu dan merajut lagi hari yang manis. Merindukanmu tidak membuatku merasa bodoh. Beruntung? Ya! Di sini aku jauh darimu, tidak bisa melihat kamu. Tetapi dari hatimu, kau boleh melihat aku secara kesuluruhan. Aku tidak bertanya tentang bagaimana cara untukku mampu tidak merindu lagi. Karena bagiku, merindumu adalah kemampuanku. Sampai di atas lantai hatiku, kata-kata berserak-serakkan. Semuanya pujian, teruntuk keindahanmu. Di penjara ini, aku bukan orang jahat. Aku mencintaimu dan ingin yang terbaik dalam hidupmu. Ingin ku benahi semuanya. Hidupku, semuanya!

Baiklah Lily, terima kasih kau mau membacanya. Maaf bila banyak kata yang tidak kamu mengerti atau mungkin terasa berlebihan. Semoga kamu bisa mengerti, tidak mudah tinggal di sini, terlebih jauh darimu.

Doakan aku terus, ya.. Jangan kau bosan!

Salam dan cium sayang,

Igo.

-----

(dikirim oleh @zarryhendrik di http://zarryhendrik.tumblr.com/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar