Minggu, 16 Januari 2011

Kecanduan (tawa atau dia? )

Jakarta, 17 Januari 2011



Kepada (bukan) Pangeranku, dengan segala tawa dan canduku..

Hay kamu, sedang apa?

Tadi aku bertemu dengan dia, dia, dia dan…. mereka. Ah.. lagi-lagi mereka bertanya “ada apa antara aku dan kamu?”


Sungguh, kali ini aku hampir mati tertawa menampung semua pertanyaan yang sama tanpa tau harus menjawab apa selain dengan tertawa

Ya…aku tau, kamu pun pasti sedang tertawa renyah saat tau, bisa-bisanya aku menuliskan surat menggelikan seperti ini..

Kamu pasti sekarang mengerutkan dahi dan berfikir untuk berhenti membaca surat ini, karena kamu meragukan apakah benar ini ditulis oleh aku? Ya kan?

Ah… jangaaaann… sungguh, ini aku, teman mu. Teman yang biasa kau panggil dengan Si Bodoh berrambut kusut dan berbibir sexy (baca: tebal).

Kamu sadar ga? Aku rasa, mereka pada cemburu liat kisah kita
Mulai dari cerita tertawa, memaki hingga menari-nari sambil berlari
Berlari? Ya, berlari karena bersembunyi atau ‘menyembunyikan’ tepatnya

Mereka bilang aku dan kamu ini “Cerita antik yang dijalani dua sejoli munafik”
Cerita tentang sepasang teman yang mulai bermain mata
Hahahahaha.. lagi-lagi aku tertawa, menertawakan pendapat mereka sekaligus tertawa atas kelakuan ‘dewasa’ kita..

Dewasa? Hahaha… (benarkan aku tertawa lagi)
Mereka bilang, belakangan ini aku jadi sering tersenyum.

Oh well.. apapun itu aku menganggap ini adalah cerita bahagia, cerita yang dimulai dari perduli ‘apa kata kamu, dia dan mereka’ hingga pada titik aku berani menaikkan nada dan berceloteh sombong “oh, C’mon…. Just screw them..!”


Kamu tau? Aku hampir tak mengenal diriku saat bersama mu,Jiwa sepiku tergelitik manja saat bersama mu
Aku mendadak menjadi cinderlella yang mulai melanggar jam ibu peri..


Bahkan terkadang, agar bisa lebih lama mengukir tawa disamping mu, diam-diam kuberi jari tengah kepada si ibu peri sambil menjulurkan lidah..
Yup, benar.. kamu menyulapku menjadi cinderlella nakal yang tak henti-hentinya tertawa
Cinderlella yang malah sengaja melepaskan sepatu kaca agar bisa menari2 sambil berlari.. Sadar?

Karena kamu, aku mengerutkan dahi pada saat Pangeran Sungguhan menghampiri
Panggil aku sombong.. teriak dikupingku bahwa aku Gede Rasa
Aku benar2 terlalu bahagia untuk sekedar membalas kecemburuan mereka.. atau ejekan mu

Hay bodoh.. melanjutkan pertanyaan mereka; “apa kita sepasang?” Hahahaha… Ah.. tapi aku juga tak perdulikan hal itu
Sekali lagi, tawa ini terlalu lantang untuk sekedar mendengar kata ’sepasang’

Sebenarnya, aku juga hampir tidak tahu persis apa yang aku rasakan ke kamu
Yang aku sadar hanya satu ’Aku luar biasa bahagia saat kamu hadir dalam kebosananku’

Hay teman, aku yakin kamu juga menikmati tawa ini
Kamu juga pasti sadar bahwa aku mulai kecanduan memainkan senyum disamping mu
Teman, terima kasih atas tawa ini, aku tak akan pamrih atas rasa yang kini aku ada didiriku

Temanku, mau genggam tangganku? Dan terus buat aku terpingkal dengan segala kebodohan ini?
Sampai malam berganti pagi, sampai pagi enggan bermatahari. sampai Tuhan mencabut syaraf tertawaku..
Sampai kamu sadar aku mengagumimu, Bodoh..

Love,

Si Sayap Patah



---Oleh: @



(diambil dari: www.sisayappatah.tumblr.com )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar