Minggu, 16 Januari 2011

Kepada Kamu..

Kepada kamu..

Baik, ini mungkin memalukan, setidaknya bagi diriku sendiri. Aku akan menceritakan seperti apa kondisi hati dan kepalaku tentang rasa yang sekian lama mati suri.

Aku serasa menghirup kabut merah muda kala membaca ajakanmu. Ajakan kencan kita untuk pertama kalinya. Caramu berbeda. Aku suka. Tak berbelit, tak rumit, pas, tak meminta, dan tak memaksa. Kau mendadak menawarkannya dan aku sungguh tak kuasa menolaknya.

Oh, tunggu jantungku berdebar seperti menonton adu penalti menuliskan ini….

Kepada kamu…

Ya, kencan itu sempat tertunda, karena waktu tidak sedang berpihak pada kita. Dan kau tahu setelahnya? Aku dicekik jutaan tanda tanya bercampur dengan rasa sesak yang menghentak hentak. Menanti kapan waktu gantinya terpilin dalam suatu angka di kalender. Kunanti pesanmu dengan cara menghitung detik yang berlalu. Setiap jentikannya serasa mencambukku, menyuruhku maju mendekatimu. Dan yaa memang ini penyakitku, aku tak berani menanyakannya lebih dulu. Namun ~kau serasa membaca pikiranku. Kau mengajukan hari dan dengan segera aku bilang setuju. Lalu hatiku serasa tanah tergembur di dunia dan bunga bermekaran dimana mana disana.

Ya, tiba pada harinya. Sehari sebelumnya aku sudah mempersiapkan apa yang akan kupakai di hadapanmu. Ku bongkar-bongkar lemari mencari padanan tepat. Tidak berlebihan. Aku ingin merasa pas di depanmu.

Di kantor aku serasa ingin menyihir jam dinding. Andai ada baterai yang bisa membuatnya bergerak lebih cepat dan membuat matahari segera tenggelam. Ingin segera bertemu kamu. Aku senyam senyum seharian. Melatih mimik muka agar tak terlihat gugup. Melatih denyut jantung agar tak berhenti berdegup. Nanti.

Tiba jam pulang kantor. Aku ingin meminjam kekuatan Flash. Berlari kencang menuju tempat pertemuan kita. Singkat cerita, tibalah aku disana. Aku datang lebih dulu. Kuatur nafasku. Kuatur nadiku. Tarik nafas dalam dalam dan ku hembus dengan perlahan. Sungguh aku tak menyangka mengatur nafas bisa begini susahnya. Kuambil buku dari tasku. Dengan harapan, kala ku membacanya aku bisa sedikit memudarkan rasa grogiku.

Lalu segelumit bayangan memantul dari meja kacaku. Suara sepatu yang bergerak mendekati. Lalu kita saling berbalas tatap mata, bercerita, dan semua mengalir begitu saja tanpa terencana. Denyut jantungku bekerja sama dengan baik. Sepertinya ia juga suka kepadamu. Kau membuatnya tenang, kau membuatku melayang.

Kau mengajakku ke beberapa tempat, dan tak terasa kita saling melumat waktu. Aneh, saat siang aku ingin waktu berputar cepat, saat bersamamu aku ingin semua melambat. Aku tak ingin hari berganti. Aku tak ingin ada esok. Aku ingin tetap di hari itu, disitu, terjebak bersamamu. Namun seperti Cinderella, aku harus pulang dan kita hentikan rasa yang bertualang.

Kepada kamu..

Kuceritakan apa yang terjadi keesokannya. Aku bangun tidur dengan senyum. Pipiku terasa hangat. Aku berkaca dan keduanya memerah. Dan entah dari mana datangnya energi, aku seperti dilimpahi bahagia yang luar biasa. Aku diberi kekuatan yang mampu membuatku menyapa semua orang. Aku diberi kemudahan untuk selalu membagikan senyum pada semua yang kulewati. Ini adalah pagi yang terindah, semua serasa di cat kembali. Semua terasa cerah. Aku bahkan ingin menyapa burung, kucing, semut dan semua yang melintas di mata.

Tabungan senyumku penuh, bahkan mungkin tumpah kemana-mana. Ya Tuhan. Ini baru kencan namun kau sudah membawaku terbang menyentuh awan.

Kepada kamu..

Entah apa yang akan terjadi di depan nanti, aku berterima kasih. Karena kau mengingatkanku lagi pada asmara. Pada rasa yang membuat jutaan air mata serasa tak berguna. Terima kasih membangkitkan lagi rasa ini yang sudah lama mati suri karena duri. Kau membuat bingkai terindah pada senyumku

Kepada kamu…

Jika memang dihendaki. Semoga akan ada kencan kedua, ketiga, dan selamanya nanti.

----

(diambil dari www.sadgenic.tumblr.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar