Selasa, 18 Januari 2011

Ketika wanita menguraikan rasa - Part 3

Dear Obi,

Entah kenapa aku menganggap sungkan adalah rasa awal yang cukup bagus setidaknya untukku secara pribadi. Karena, jika mau jujur akhir-akhir ini aku menantikan menyalanya lampu merah di layar handphoneku, aku berharap itu e-mail masuk yang berisi balasan surat darimu.

Melihat tulisan namaku ada di suratmu, membuat detakan jantungku beraktifitas sedikit lebih cepat dari pada waktu-waktu biasanya. Mereka memang tidak pernah mau berkompromi dengan hal-hal yang membuatku sangat menggugah minatku.

Kamu tentu tahu aku termasuk ke dalam tipe perempuan yang suka memendam apa yang kupikirkan. Jadi, maafkan aku jika harus sampai melontarkan kata-kata berikut.

Aku merasa kamu sengaja bersikap dingin, menanggapi seluruh rasa yang kutumpahkan lewat geliat jemari pada selembar halaman putih ini. Apakah itu terjadi karena kesalahan kata yang kupilih, sehingga mereka menyinggung hatimu? Jika memang benar seperti itu, bersediakah kamu memberitahu padaku bagian mana yang bermasalah sehingga aku dapat memperbaiki dan tidak mengulanginya lagi.

Aku hanya ingin menuntaskan rasa penasaranku saja. Tolong jangan anggap ini semacam ajakan untuk bermusuhan ya.

Mengenai acara hari lahirmu, kemungkinan aku akan menghadirinya. Hanya jika semua rasa dan yakin telah bersatu tanpa perlu melibatkan ragu di dalamnya. Tapi jangan terlalu berharap aku akan datang, persentase ragu saat ini masih sangat dominan di hati.


Nb: aku tidak terlalu yakin kita akan dapat bertemu pada peringatan hari lahirmu, jika itu yang benar-benar terjadi. Sebuah hadiah mungkin akan begitu saja tiba di depan pintu masukmu. Tepat di pagi harinya.

Sincerely


Rani

-----

(dikirim oleh @raindicted di http://obiettivo.tumblr.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar