Minggu, 16 Januari 2011

Secarik Untukmu Hujan

Hei kau hujan, aku mencintaimu. Mencintaimu sejak dulu.
Aku jatuh cinta pada wangi saat kau mencumbu tanah, aku jatuh cinta pada sejuk yang kau hambur pada udara, aku jatuh cinta pada syahdu rintik rinaimu yang bersuara, aku jatuh cinta pada pelangi yang kau cipta usai prahara. Aku mencintaimu, namun maaf aku berselingkuh, pada wanita yang mencintai angka tujuh.

Ia memang tak menghambur wangi seperti yang kau cipta. Tapi berada di dekatnya cukup membuatku merasa aku tak butuh lagi wangi surga. Beserta isinya. Saat aku berada di sisinya.

Aku memang tak menghirup suhu rendah seperti saat kau sesap tanah yang basah. Tapi aku mencerup sebuah keikhlasan pada sebuah senyuman tulusnya. Yang ia tebar tak hanya pada udara. Tapi di tiap hati manusia yang melihatnya.

Ia memang tak merinai seperti gemericik romansa gerimis, yang memabukkan dua hati anak manusia yang sedang jatuh cinta. Tapi pribadi sederhana, adalah suara dari dalam hatinya yang dihuni oleh para bidadari yang tengah menyanyikan lagu surga.

Dan dia memang bukan pelangi. Tapi ia tak memerlukan tujuh warna untuk menjadi indah.
Kepada engkau malaikat yang ikut jatuh di tiap rinai hujan. Di surat keempat ini, katakan aku menyayanginya.

-----

(ditulis oleh @rigeladitya di http://www.rigeladitya.co.cc)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar