Senin, 17 Januari 2011

Surat Empat Untuk Semua Yang Tidak Sempat

Kekasih,

Apa kabar ? Hari ini aku enggan menanyakan kabarmu. Aku yakin kau baik-baik saja.

Aku rasa setiap kali kau membaca suratku, ada rasa heran yang timbul di pikiranmu. Aku memanggilmu kekasih di setiap suratku. Aku memanggilmu kekasih saat semuanya sudah tidak sama lagi. Saat kau bukan milikku lagi.

Mungkin aku sudah terlalu bertindak kejauhan. Namun ini semua karena rasa yang timbul akanmu pasti dan datang perlahan. Tidak apakan jika hanya sekedar panggilan. Tidak usah dianggap tidak biasa, kau boleh menganggap panggilanku hanya gurauan. Meski bagiku panggilanku ini tanda rasaku yang masih tertahan.

Kekasih,

Hari ini aku melihatmu berkali-kali. Dan ya, Tuhan masih membuatmu terlihat tampan seperti setiap hari. Lain kali, jika kita bertemu bolehkah kau tidak membawa gadis itu yang mengikutimu kesana-kemari ? Ah, naif sekali aku ini.

Terimakasih sudah mau mengingatkanku akan lagu itu. Kau tidak bisa bayangkan betapa sebenarnya aku ingin tersenyum lebar karna kau ingat laguku. Tidakkah kau tahu laguku itu sebenarnya tentang dirimu ?

Aku tidak pernah setengah hati mencintaimu.

Kekasih,

Selain tentang lagu itu. Masih ingatkah kau saat kita berdua pergi ke toko buku, tempat yang selalu membuat pikiranku merasa teduh. Saat aku membeli buka bersampul depan amplop biru. Dan di dalam amplop itu ada sebuah kertasa kecil bertuliskan ‘it’s always been you’. Masih ingatkah saat kau tanyakan apa arti kata-kata itu, dan saat aku mengartikannya untukmu, ahh senyummu itu selalu saja membuatku jatuh.

Kau tidak percayakan bahwa sampai sekarang saja semuanya masih selalu tentang kau. Tapi aku tidak sempat mengucapkan itu.

Lalu masih ingatkah kau saat aku sedang membaca buku di depanmu. Dan ah kau bertanya lagi tentang arti kata ‘eres to do enmi’. Saat itu kita sama-sama tidak tahu, namun setelah kita baca lebih lanjut, arti kata itu adalah ‘you are my everything’.

Kau tidak percayakan bahwa sampai sekarang saja kau masih segalanya untukku. Tapi aku tidak sempat mengucapkan itu.

Dan saat masa paling biru itu datang berkunjung. Saat kau datang lagi memintaku kembali. Kau tidak tahu seberapa besar rasaku ingin bersamu lagi. Tapi banyak hal yang tidak sama lagi.

Kau tidak percayakan bahwa sampai sekarang rasa sesal itu masih sering datang menghantui. Tapi aku tidak sempat mengatakan itu.

Kekasih,

Mungkin sebenarnya bukannya tidak sempat. Mungkin memang aku tidak sanggup mengatakan hal itu padamu. Bayangkan saja saat aku tidak mengucapkan semua itu, kau pergi dan semuanya menghujam hatiku. Bagaimana jika aku sebutkan, dan lalu kau pergi membuktikan bahwa aku keliru, menunjukkan bahwa tidak ada sedikitpun arti rasaku ini bagimu.

Maafkan aku yang tidak mampu berpikir lebih dari itu. Aku tidak mampu melihat sisi lain dari itu. Aku tidak mau naif lagi atas semua asumsiku tentang dirimu.

I guess they were right, it’s all just a coincidence. Nothing more than a coincidence.

Kekasih,

Banyak hal yang tidak sempat aku katakan.

But I guess I’m lucky enough to said those 3 word to you.

I love you. I love you for all of those pain you’ve given to me.

That’s all I really need to tell you.

Gadis yang rindu hangatnya pelukanmu,

Carolyn Sinaga.



--- Oleh : carolynsinaga



(diambil dari : http://carolyngdsinaga.tumblr.com/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar