Senin, 17 Januari 2011

Surat Untuk Papa

Papa, kau sudah pulang? syukurlah. aku kira kau akan berlama-lama disana. syukurlah. kau sudah kembali dan membuat rumah menjadi lebih ramai dari biasanya. ya, kau sendiri tau bukan sekarang rumah ini bahkan lebih sepi dari kuburan di malam jumat keliwon. iya benar. sejak anak-anak mu tumbuh dewasa dan memiliki kesibukan sendiri. sejak anak-anakmu sudah keluar dari rumah ini dan menuntut ilmu di kota yang berbeda dan jauh.

terkadang, aku tau di rumah hanya ada mama dan adik, dan aku tau rumah benar-benar menjadi sepi. kau pun begitu. selalu saja keluar kota dalam jangka waktu yang tidak bisa dibilang sebentar. aku pun tau kota tujuanmu. ya kota itu bukan? aku tidak perlu capek-capek menjelaskan disini kenapa kau betah sekali di sana. tidak. aku tidak akan menjelaskan disini. tidak. karena aku terlalu malas untuk mengungkitnya. aku takut. takut kalau nanti aku jelaskan disini ada secuil rasa marah dan cemburu yang menghantuiku. dan aku tidak mau. kenapa? karena aku mau belajar ikhlas, sepertinya.

Papa, anak mu kini sudah beranjak dewasa. tapi masih banyak rahasia yang belum aku tau. malam itu, kau ingat saat kita duduk berdua di salah satu resto. kita duduk berhadapan. aku memesan nasi goreng seafood dan kau hanya memesan minuman. aku tau, raut wajahmu saat itu benar-benar capek. rasanya ada berjuta-juta beban yang sedang kau pikul. rambutmu yang mulai menipis dan beruban. wajahmu yang kuyu. ah aku sedih melihatnya. padahal dulu aku ingat kau begitu tampan dan gagah. ya fotomu waktu masih berpacaran sama mama. dan itu adalah foto favoritku kau tau?

Ya, waktu itu kau bercerita kepadaku. tentang kesalahpahaman antara kau dan mama. dan aku saat itu hanya berucap dalam hati, “itu masalah kalian dan tolong jangan libatkan aku!” Tapi aku tidak tega untuk benar-benar mengucapkannya. kau-tampak-menyedihkan bagiku. kau tau itu?

Saat itu kau bilang, “Suatu hari nanti, jika kau benar-benar telah dewasa dan mengerti Papa akan menjelaskannya padamu.”

Dan aku hanya diam sambil memandang wajahmu yang memang tampak lelah. saat itu yang aku pikirkan adalah, “Aku tidak mau tau apa-apa!”

Kau tau, hanya itu yang aku pikirkan. Aku memang sudah beranjak -hampir- 19 tahun, kau sendiri tau bahkan aku sudah -hampir- 2 tahun kuliah, tapi aku rasa untuk masalah ini, biarkan kau sendiri yang mengetahuinya. Bukannya apa-apa, tapi kau tau, terkadang kenyataan itu terlalu pahit dari apa yang pernah kita bayangkan sebelumnya. dan aku tidak mau mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Sudahlah, anggap saja itu masa lalumu yang memang hanya kau simpan untuk dirimu sendiri. anggap saja aku anak kecil yang hanya perlu tersenyum dan terus bermain. anggap saja aku memang benar-benar tidak mengetahui apapun. kau mengerti kan?

Tapi papa, kau harus tau, sekelam apapun masa lalumu dan sepahit apapun kehidupan yang kau hadapi aku tau kau kuat. karena di sini ada anak-anak mu yang selalu mendukungmu. jadi tetaplah semangat, Pa.

:)

Dari buah hatimu yang beranjak dewasa :*



---Oleh: @


(diambil dari: www.bedeebeeppp.tumblr.com )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar