Senin, 17 Januari 2011

Untuk Istri dan Suamiku Kelak

Surat Cinta untuk Suamiku Kelak
Teruntuk calon suamiku kelak,
Kemarin sepi membawamu padaku, lewat detik-detik yang membentang malam. Kamu ada di situ, terselip di antara hembusan asap, timbul tenggelam dalam pekat kopi, melayang bersama tiap petik melodi. Kucoba mencari namamu di balik tiap bintang, mereka-reka rupamu pada permukaan bulan, tapi mana mungkin mereka bocorkan rahasia Tuhan?
Jadi kubiarkan kamu tetap di sana, seperti malam-malam lainnya, serupa khayal berserak abstrak. Sementara aku, masih menikmati tiap putaran bumi, serta cinta yang datang dan pergi sebagai kisah-kisah pembuka sebelum akhirnya hati kita terkuak, sambil menerka-nerka apakah kamu juga melakukan yang sama entah di belahan bumi bagian mana.
Suamiku, aku mendamba saat di mana cinta tumbuh dan memeluk kita manja. Kuyakini akan indah—mungkin seperti meniti pelangi usai hujan dengan surga di ujungnya. Pelangi yang semoga tak pernah memudar. Aku tak perlu takut jatuh meski bahaya membentang di bawah, karena kamu akan ada di sisiku dan menuntun tiap langkah. Sesekali kita akan tergelincir, mungkin terkilir. Tapi aku percaya, sayang, tiap bekas luka akan jadi kisah manis peramu tawa, tersimpan rapi di serambi rumah kita.
Rumah itu, suamiku, akan jadi tempat lahirnya kehidupan baru. Tempatmu membuka pagi dengan minuman hangat buatanku. Tempatku menutup malam dengan kecupan lembutmu. Kita akan mengukir mimpi dan kenangan pada tiap sudutnya, dengan guratan-guratan cinta. Kamu akan jadi imam bagiku, atap dan penghangat, pelindung segala resah. Aku akan jadi sejuk untukmu, pembasuh tiap peluh, penadah tiap lelah. Lalu waktu, pada tiap jengkal udara, akan memainkan lagu yang manis, pengiring kita berdansa, bercinta, hingga mabuk oleh hasrat yang tak habis.
Suamiku, untukmu aku akan melahirkan tangan-tangan dan kaki-kaki mungil pembawa jiwa suci. Lalu bagi merekalah kita akan jalani hari, denganmu yang mengajarkan mereka kehidupan, dan aku yang merawat mereka penuh kelembutan. Mereka akan bermain di samping kolam berteratai, di mana tak terhitung kasih telah kita semai. Juga ribuan dongeng sebelum tidur, jutaan doa hingga dewasa, sampai akhirnya alam memeluk kita. Dan hingga masa itu tiba, kita akan tetap berpeluk, saling bersandar dalam damai.
Kamu yang akan menjadi bagian masa depanku,
akhirnya kusematkan surat ini pada bintang yang dibawa peri-peri, agar pada suatu malam nanti mereka dapat membawamu pada rinduku lewat sayap-sayap mimpi. Selamat tidur, sayang, jalanilah hidupmu dengan baik hingga Tuhan menyatukan kita nanti.


-DisaTannos-
Jakarta, 8 November 2010


(dikirim oleh @jemarimenari, lengkapnya di http://disatannos.wordpress.com/2011/01/17/surat-cinta/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar