Minggu, 16 Januari 2011

Untuk Mas Richard Kevin-ku yang Ganteng

Kepada titisan dewa yang tersesat di bumi,
Pertama kali aku mendengar suaramu yang memanggil nama wanita lain, aku terenyuh. Berhenti menulis dan mendongak, melihat siapa pemilik suara yang memanggil-manggil seperti lonceng gereja.
“Tuhan, kau pasti sedang dalam mood yang benar waktu menciptakannya.” Pikirku saat itu. Parasmu, sosokmu, suaramu, matamu merupakan kombinasi yang sempurna. Kecuali mungkin dahimu yang agak lebar, tapi bagiku itu tetap sempurna. Memberiku keyakinan kalau kau adalah manusia juga.
“Nabila…” kata darimu yang kali pertama ku dengar.
Sial. Saat kutahu aku sudah menemukan ‘The One’-ku, dia malah memanggil nama wanita lain, mengejarnya, lalu memeluk dan menggenggam erat tangannya. Kau tahu, aku merasa sangat senang dan sakit hati pada waktu yang bersamaan. Mungkin benar kata orang, kau terbang hanya untuk dijatuhkan, agar rasa sakitnya berkali-kali lebih terasa.
Hey, lelaki bersuara indah!
Esoknya aku menunggumu di waktu dan tempat yang sama, aku yakin kau pasti akan muncul di tempat kita pertama kali bertemu. Aku duduk menunggu dengan setia, memperhatikan dengan saksama, sampai-sampai Mama mengusirku karena menghalangi pandangan matanya yang juga ingin menyaksikanmu. Pesonamu kuat sekali, ya?
Benar saja kau muncul, bersama dengan wanita yang terus kau panggil itu, tentu saja. kau mengumbar kata cinta dan kesetiaan untuknya. Oh, tenang saja, aku tidak terbakar cemburu atau rasa iri. Karena aku tahu kata-kata yang kau ucapkan itu sebenarnya untukku, hanya saja kau tak bisa mengatakannya langsung padaku. Kau tak usah cemas, aku mengerti.
Ujian cintaku belum selesai, masih ada yang ingin meruntuhkan kekuatan cintaku padamu. Mereka ramai-ramai mengatakan kalau kau sudah mempunyai belahan jiwa. Seorang istri setia yang akan mengisi hidupmu selamanya. Seseorang yang akan memberimu kebahagiaan seutuhnya. Wanita jelita yang serasi denganmu, lelaki tampan bersuara merdu. Mereka semua tidak tahu kalau dia adalah wanita yang salah, karena akulah wanitamu yang sebenarnya. Aku hanya terlambat sedikit, ya kan, cintaku?
Kau, pria yang bercahaya,
Kurasa aku ingin memilikimu sepenuhnya. Tanpa wanita lain yang harus pura-pura kau cinta. Dan kita perlu waktu pribadi untuk berdua. Bicara tentang mimpi dan cinta kita. Hanya kita berdua. Kau tentu setuju, kan? Tentu saja kau setuju, kau selalu menuruti kata-kataku. Aku senang sekali ketika kau bersedia ikut bersamaku, hidup denganku.
―Richard Kevin, I love you. kau, lelaki tampan yang selalu tersenyum di dinding kamarku.

Dengan cinta yang abadi,
Tiara

----

Tidak ada komentar:

Posting Komentar