Kamis, 10 Februari 2011

Membela Minoritas? Yuk!

Kepada seorang ikhwan fillah yang pandai merangkai kata: Herry Fahrur Rizal.

Assalamu’alaikum,
Selamat pagi, siang, sore, malam untukmu selalu, akhi. Semoga rahmat dan hidayah selalu tercurah padamu seiring cinta kasihNya yang tiada pernah terputus. Tentu saja tak pernah lupa selalu memanggil nama Rasulullah dalam hati agar selamat hingga sampai ke kampung akhirat nanti. Amien.

Mengenalmu pertama kali ketika berbuka puasa bersama dengan penulis yang sama-sama kita kagumi: Andrei Aksana. Seorang klan Pane yang selalu membius kita dengan kata-kata indahnya. Aku tak terlalu peduli denganmu saat itu. Bahkan mungkin dengan Andrei juga. Faktor keberuntungan mengenal kalian di Jittlada dan memiliki teman baru itu luar biasa indah!

Setelah itu aku hanya peduli pada Mega, Nail, Susy, dan teh Nia. Kamu? Ke laut aje! *LOL*

Masalah datang *tunggu, masalah?* ketika Mega bertanya apakah aku mendapat pesan melalui inbox di Facebook? Kaget dan panik *eh sumpah norak ya?* menyebabkan aku ‘terpaksa’ mencari tahu siapa itu Herry Fahrur. Aeh, matek! >_<

Baiklah, aku mendapat akun Facebook dan Twitter seorang Herry. Lalu? Aku mulai membaca notes milikmu di FB dan aku terpana. Kaget untuk yang kedua kalinya. Kamu ini seorang ikhwan? *ya iyalah, masa akhwat sih?* Ah, you know what I mean

Gaya bahasa dan pilihan katamu tak biasa untuk seorang penggemar (tulisan) Andrei. Oh, baiklah! Kita sedang mempermasalahkan kaum minoritas ya? Bukan. Anggaplah ini rasa terkejutku yang ke sekian. Well, setidaknya aku menemukan teman bertukar pikiran lagi.

Seperti contoh tulisanmu yang kaukirim melalui surel dan keterkejutan yang sama darimu kepadaku, aku menganggap kita berada pada titik permasalahan yang sama. Oh, ini bukan masalah untukmu? Yah, sudahlah! ^_^

Aku menganggap ini sebagai surat cinta pertamaku kepadamu. Keberatan? Nggak masyalah juga buatku :D Cinta kepada seorang saudara seiman seperjuangan yang ternyata hobi juga nyela orang :D

Aku berharap suatu saat kita bisa berkolaborasi membuat sebuah cerita. Impianku sih seperti Zara Zettira dan Hilman ketika menulis “Rasta dan Faran”, begitu? Kamu pernah membacanya? Seru juga mengabadikan celaan-celaan kita yang selama ini hanya ada di linimasa atau kotak pesan. Apalagi Andrei juga mengatakan kita cocok. Ahahahaha… Setubuh deh sama Andrei! *melipir*

Herry yang ternyata penampilannya sungguh menipu! Mengapa? Karena jauh dengan apa yang biasa kamu tulis. *maksudnya?* *abaikan* Pemikiranmu yang kritis memang bagus. Tetapi bolehkan aku mengkritikmu? Terkadang pembicaraanmu itu berputar hanya pada satu pusaran sehingga tidak menemukan solusi yang jelas. Meski kemudian terhenti, ketidakpuasan itu menggantung di benakku.

Sepertinya misi kita di A2FC sama dan semoga segera mendapat titik pencerahan dari si Lelaki Terindah. Amien.

Baiklah, kupikir surat cintaku ini sekian dahulu. Nanti kusambung kembali ketika sudah memiliki amunisi untuk mencelamu habis-habisan. *teteup*

Semoga hari dan hatimu selalu diliputi rasa syukur luar biasa… Fabi ayyi a laa iRabbikuma tukadzdzibaan? Marilah tetap saling mengingatkan.

Wassalam,
~seorang hamba sahaya di kampung cintaNya~


---Oleh:


(diambil dari: www.romansapena.wordpress.com )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar