Sabtu, 12 Februari 2011

Untuk @kupu_ajaib

UNTUK KAMU, PENDAKI-KU. .

Dear you, @kupu_ajaib

Aku masih ingat penghujung 2009 waktu itu, November. Kita sama-sama mengikuti kelas bimbingan untuk Ujian Kemampuan Bahasa Jepang level 2. Ah, kamu pasti sudah lupa mas. . :)

Itu bukan pertama kali aku melihat kamu. Tapi itu pertama kali aku memperhatikan kamu. Tidak sendiri, tapi bersama sahabatku. Kami memandang kamu secara bergantian, lalu tertawa-tawa melihat reaksi kamu yang lucu ketika kami pandang genit saat itu. Ah, itu sudah lama sekali.

Beberapa minggu kemudian, aku putus dengan kekasih empat tahun-ku. Memang, sama sekali tak ada hubungannya dengan kamu. Tapi aku membuatmu sebagai pelarianku. Aku mulai mencari-cari info tentang kamu, apapun itu. Bertanya sana-sini mengesampingkan rasa malu, hehehe. .

Aku menjadi tahu ketika orang yang bisa kupercaya mengatakan bahwa kamu itu seorang vegetarian, kamu ketua pecinta alam fakultas, dan kamu sudah nyambi kerja, dan katanya lagi, kamu mantan aktifis gereja. Ya, mantan aktifis gereja.

Hal tersebut sama sekali tidak membuatku ragu untuk terus mengagumimu, mas. .Toh aku pikir, bukankah jika hanya sekedar mengagumi, kita tidak boleh melihat apakah keyakinan kita berbeda atau tidak?

Kita sempat satu kelas dalam beberapa mata kuliah. Dan itu sangat membuatku semangat datang. Walaupun nama-ku juga aku yakin pasti kamu tidak tahu waktu itu. Tapi aku merasa tidak puas hanya mengagumimu dengan cara seperti ini. Aku coba meng-add Facebookmu, lamaaaa sekali tak kamu konfirm. Memang, pada akhirnya kita berteman di Facebook, apapun status kamu, pasti jempol-ku ada disana. Memalukan sekali ya mas?

Kemudian aku mulai berani ber-komentar di status Facebook-mu, Senang sekali ketika kamu mulai mempedulikan aku. Dan aku juga mulai memberanikan diri menawarkan sesuatu yang bisa membuat kamu menemuiku. . Yahh, walaupun setelah itu aku kecewa karena kamu masih juga tak mengenalku, bahkan tak ingat namaku siapa. Mudah lupa terhadap orang baru, alasanmu. Ya, entah alasan atau memang kamu seperti itu, aku mencoba percaya terhadap apa yang keluar dari mulut kamu mas. .

Pernah kita duduk bersebelahan di perpustakaan jurusan. Tahukah kamu mas, waktu itu aku ingin sekali menyapa-mu. Tapi yang keluar hanya gerak-gerik aneh, pura-pura meminjam buku yang ada di depanmu, dan ah, entahlah. Konyol sekali waktu itu. Lalu perpustakaan jurusan tutup karena istirahat, dan kita keluar menuju kantin. Tentu saja kita tidak berjalan beriringan. Mana mungkin? hehehe. Dan aku kaget ketika mengetahui kamu tepat di belakangku, hampir saja aku bertabrakan dengan mas-mas pembawa makanan. Lalu kamu menyalipku, dan berkata “Hati-hati jalannya”

Hal-hal kecil dari kamu itu menjadi hal besar yang sampai sekarang aku ingat mas. Beberapa SMS tentang kesukaanku yang mungkin juga menjadi kesukaanmu. Ah, senang sekali ketika mengetahui kamu juga menyukai purnama. :)

Bahkan lampu hijaumu lah yang selalu aku tunggu sambil terkantuk-kantuk. Ketika kamu muncul, kantukku hilang begitu saja, dan kadang aku berpura-pura tak mengantuk agar bisa berbagi cerita tak penting denganmu.

Beberapa sosok memang sempat mengalihkanmu mas. Tetapi entah, ketika mereka pergi, aku kembali mengagumi sosokmu. . Tapi aku senang sekali akhir-akhir ini. Karena kita mulai bisa bertukar kata. Aku suka kamu yang suka menulis.

Padahal, bertemu-pun kita cuma sekedar melempar senyum. Dan cuma “Hei” yang keluar dari mulut kamu. Lalu hanya “Hei mas” yang keluar dari mulut cerewetku ini.

Karena Mengagumimu cukup seperti ini. Tanpa perlu aku tahu apakah kamu sudah mempunyai wanita yang mungkin cemberut karena pria-nya aku kagumi menggebu-gebu seperti ini.

Dan Mengagumimu cukup seperti ini. Ketika aku bisa berharap lebih dekat dengan kamu tapi peka-pun kamu tidak.

Ya, Mengagumimu cukup seperti ini. Saat kita bisa tertawa, karena alasan yang sama.

Mungkin juga, mengagumimu cukup sampai saat ini. Sampai saat kamu mengetahuinya. .






Yang masih mengagumimu saat kamu membaca surat ini,

:)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar