Rabu, 02 Februari 2011

Gerimis

Andy…

Sepanjang sore ini gerimis turun tiada henti mengiringi pergantian tahun Imlek. Biasanya kau akan merayakan dengan keluargamu dengan mengunjungi restoran di kota dan duduk melingkari meja bundar yang berputar. Kau bilang duduk bersembilan di meja bundar yang bisa diputar itu membawa hoki. Satu waktu kaupun pernah membawaku menyaksikan atraksi barong di atrium sebuah mal di kota.

Begitu banyak cerita tentang kita yang hampir memenuhi ruang memori pikiranku. Terkadang muncul sekelebat kalimat-kalimat yang pernah kau ucapkan padaku atau muncul bayangan-bayangan ketika kita berdua tertawa terbahak. Kita begitu dekat, bukan ? Lalu apa yang menahan bibir kita untuk saling mengungkapkan perasaan yang sesungguhnya. Apakah ego atau SARA yang mengatup rapat-rapat hati kita berdua ?

Matamu yang sipit berkata banyak tentang perasaanmu dan tidakkah kau melihat hal yang sama dalam mataku ? Aku mengerti tentang ketakutanmu dan itu menjadi ketakutanku juga.

Tahukah kau, ketika melihat matamu terpejam rasanya aku ingin membangunkanmu dan mengatakan bahwa betapa aku mencintaimu. Tahukah kau, ketika melihatmu terbaring rasanya aku ingin memelukmu erat ? Tahukah kau, ketika melihat kedua tanganmu yang bersarung tangan putih rasanya ingin kubuka dan menggenggam tanganmu agar kau bisa merasakan hangatnya kasihku padamu ? Tahukah kau betapa aku menyesali diriku yang begitu pengecut menanti waktu yang tepat untuk mengatakan bahwa aku bersedia mengabdikan hidupku selamanya untuk menjadi pendamping hidupmu ?

Andy… Aku tahu apa yang kukatakan tentang perasaanku padamu tidak akan pernah membawamu kembali padaku. Bahkan linangan air matakupun tidak akan membuatmu iba dan mengeringkannya dengan jemarimu seperti yang biasanya kau lakukan dulu. Aku hanya bisa diam dan menangis dalam hati tanpa suara, menatapmu yang terbaring terbujur kaku. Merelakan kepergianmu dengan tiba-tiba adalah hal tersulit yang pernah aku alami dalam hidup ini. Menguatkan jiwa ragaku agar bertahan dalam sadar ketika melihatmu masuk kedalam pembakaran rasanya bagai di dera sakit luar biasa.

Andy… hujan membawa berkah di tahun Kelinci Emas ini. Tidak ada perayaan darimu, tidak ada acara makan malam bersama di meja bundar denganmu, tidak ada acara menonton atraksi barong, dan yang paling penting tidak ada lagi dirimu didunia ini. Aku tetap mengupaskan sebuah jeruk seperti biasanya aku lakukan untukmu, kali ini aku makan sendiri… Gong Xi Fat Chai, Andy… Semoga kau damai disisi Nya.

-Sarah, dengan sepenggal hati…

(dikirim oleh @ZahriMaya di http://sofacokelat.tumblr.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar