Kamis, 03 Februari 2011

Senyum Kopi

Jakarta, 3 Februari 2011


Tiga sendok makan kopi dan dua setengah sendok makan gula pasir. Selamat malam, Kopi!

Eh, rasanya aneh, aku menyapa mu dengan sebutan Kopi. 23:45 WIB, dan masih harus terjaga karena pekerjaan kantor yang harus segera diselesaikan. Mata ku berat sekali saat menuliskan surat kali ini, semacam ada dua ekor anak gajah nyaman duduk ditiap kelopak mata. Secangkir kopi ringan kesukaan ku pun kali ini kalah telak, aku masih tetap mengantuk.

Kali ini cangkir kopiku berwarna hitam pekat dan jauh lebih kental dari biasanya, ya..malam ini aku mencuri ramuan kopi kesukaan mu, tiga sendok makan kopi dan dua setengah sendok makan gula pasir, berbeda jauh dengan kopi andalan ku yang hanya satu sendok teh kopi, dua sendok teh gula pasir dan terkadang ditambah satu sendok teh krim.

Ini tegukan kedua, awalnya sedikit kaget, karena rasanya sungguh jauh berbeda dari biasanya, tapi.. aku tersenyum. Membayangkan indra perasamu mencicipi rasa serupa yang sekarang menyentuh lidah ku. Memejamkan mata dan mencium aroma secangkir kopi pekat ini, membuatku seakan menerobos ruang kilometer dan dapat menyentuh mu diisi kepala ku. Aku melihat mu, merasakan mu disini, didalam kepala ku.

Kamu, ah..lagi-lagi kamu memang juaranya memonopoli pikiranku, kamu sosok terhebat pencipta lengkung senyumku. Konyol rasanya, sekedar memikirkan mu saja, aku sudah bisa melukis pelangi dilangit-langit hati ku. Siapa kamu sebenarnya? Aneh.. Aku yang aneh tepatnya. Tersenyum malu memandangi secangkir kopi hitam yang hampir habis. Merasa hebat hanya dengan merasakan apa yang selama ini membuat mu kecanduan. Aneh.. iya, aku memang aneh.

Sudah berganti hari disini, aku harus melanjutkan pekerjaan ku. Terima kasih atas ramuan rahasia mu yang sekarang membuat kedua gajah diatas kelopak mataku bersayap, sekarang mereka entah terbang kemana. Entah sebenernya ini efek dari secangkir Kopi kesukaan mu atau karena isi kepala ku dipenuhi imajinasiku akan kamu, yang membuat ku kembali bersemangat.. Entah.. Tapi yang pasti, satu malam sudah terlalui lagi. Mengertikan maksudnya? Waktu pertemuan kita makin dekat. Satu langkah, makin dekat semesta mendekatkan langkah ku menyentuhmu.

Kamu, baik-baik disana, karena kamu adalah secangkir anugrah Tuhan yang terbaik, yang pernah mengisi relung pikiran dan (mungkin) hatiku. Kamu, harus baik-baik, sehat dan bahagia. Tersenyum menikmati semesta, agar aku pun bisa terus memenuhi canduku akan secangkir senyumanmu.


Satu sendok teh kopi + dua sendok teh gula pasir,
E



PS: #NowPlaying Iron and Wine -Each Coming Night-



---Oleh:


(diambil dari: www.sisayappatah.tumblr.com )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar