Untuk Ibu
Selamat pagi, Ibu.
Apa kabar Bapak dan Adik? Apa kabar anggrek bulan ungu yang kita tanam tahun lalu? Sudah tujuh purnama sejak lebaran aku tak pulang. Apakah kampung masih aman?
Di sini, cuaca seringkali panas sekali. Orang-orang selalu berbicara dan berjalan cepat setengah mati. Tak ada kabut pagi hari, dan ketika tidur aku masih sering bermimpi tentang tugas dan linimati.
Aku rindu belaimu, Ibu. Seperti saat hujan, kita tiduran di ruang tamu. Sambil bercerita tentang ini itu.
Aku rindu masakanmu, Ibu. Lezat biar begitu saja. Walau kutahu tak ada tambahan penyedap rasa.
Aku rindu nasihatmu. Saat aku tak tahu harus bagaimana, dan kau selalu ada.
Ibu, kau pernah bilang bahwa akan tiba suatu hari ketika aku harus memilih jalanku sendiri. Aku tidak tahu, tapi sepertinya saat itu akan segera tiba. Ketika pada akhirnya aku memilih untuk tetap tinggal di sini, dan membawa semua nasihatmu sebagai bekal menjalani hari.
Ibu, kau juga pernah bilang, bahwa dari dulu, dimulai ketika aku belajar memakai pemulas pipi, kau akan mencoba memahami, bila akan tiba saat ketika aku akan menyerahkan hati pada pria yang kucintai. Kau bilang, bahwa kau tak akan berhenti berdoa, hingga bila saat itu tiba, lelaki itu adalah lelaki yang baik hati.
Ibu, tahukah kau bahwa hari-hari itu akan tiba mungkin sebentar lagi?
Aku tidak tahu. Belum terlalu pasti. Nanti bila Ibu bertemu dengannya, Ibu akan bisa menilai sendiri. Hanya saja, maukah Ibu mewarisiku beberapa hal?
Kesabaranmu. Prasangka baikmu. Keluasan hati dan maafmu. Kelembutan perasaanmu. Kekuatan pengorbananmu. Resep masakanmu.
Ah, ya. Yang terakhir itu penting sekali
Aku memang masih gadismu,Bu. Anak perempuan yang manja dan suka mengeluh. Tapi, aku sudah lebih bertanggungjawab sekarang. Aku lebih sering mendengarkanmu. Mengingat nasihatmu. Dan menggunakannya dengan caraku sendiri untuk menyelesaikan masalah sehari-hari.
Ibu, sampaikan salam untuk Bapak. Bilang aku rindu gelak tawa dan kerut merut di sudut matanya. Oh, ya, bilang juga agar mengurangi rokoknya.
Ibu, salam juga buat Adik. Bilang padanya untuk menyiapkan tenda. Nanti bila aku pulang, kita akan mendaki gunung dan kemping bersama.
Oh, ya, keponakan-keponakan,bilang pada mereka agar rajin belajar supaya pintar.
Ibu, aku mencintaimu. Doakan aku selalu, ya.
Anak perempuanmu.
---Oleh: dewisuprobo
(diambil dari: www.dewisuprobo.wordpress.com )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar