Selasa, 01 Februari 2011

#day19: Jika Aku Kamu…

Dear Hey…


Ini adalah suratku yang ke-19, mungkin surat ke 10 atau ke 12 yang aku tujukan untukmu hey…


Sempat aku berfikir, jika aku menjadi kamu. Aku akan membuat surat seperti ini:


Dear My Precious,


Kutitipkan surat ini kepada seorang kawan, karena aku tak cukup berani untuk melakukannya sendiri. Ya, dari dulu memang aku tak pernah berani untuk melakukan sesuatu yang serius, dan kau tahu hal itu dengan baik.


Lima tahun memang bukanlah waktu yang singkat, tapi tidak untukku, aku bahagia selama itu. Bersamamu aku merasa sehat. Di sampingmu aku merasa sangat dekat dengan kesempurnaan. Berjalan menggandeng tanganmu aku merasa melihat masa depan ideal yang jelas terwujud.


Kita tidak peduli pendapat orang tentang kita, seperti mendadak tuli akan sekitar ketika perasaan senang mendominasi saat saling dekat. Sungguh rentang waktu yang menyenangkan ketika kita berdua tahu peran masing-masing dan saling mengisi menutupi kekurangan.


Tak mungkin kita akan saling melupakan setelah semua yang kita jalani. Entah dimana aku berada sekarang untukmu, tapi kau berada dalam sebuah kabinet ke-tiga, itulah laci terbesar diantara yang lainnya, dan kau kusimpan disana bersama kenangan itu. Yang suatu saat aku harap akan bisa kembali membukanya walaupun nyata dilarang sekarang.


Akulah pria yang paling dibenci kekasihmu, seburuk kau dibenci pula oleh kekasihku. Aku anggap mereka hanya iri tak bisa menjadi seistimewa itu di hatimu yang besar. Ketika hatiku sudah tak kufungsikan karena ingin mematri kenangan, disamping tak ingin merasakan sakit yang menyiksa. Dan sekali lagi, kita berdua tahu itu karena.. Yaa karena dua orang itu adalah kau dan aku.


Pada akhirnya aku bagimu (dan sebaliknya) hanya merupakan beberapa episode paling menarik dalam serial ini. Aku harap kamu bahagia, dan hanya itu yang paling memungkinkan setelah aku melakukan kebodohan fatal karena melepas hubungan kita dulu.


Tapi aku tidak pernah menyesal, karena kau telah mengajarkan sesuatu, sesuatu yang akan membuat aku bahagia dengan caraku sendiri.


Selamat tinggal.


PS: Ketika aku menulis ini, lagu From This Moment On dari Shania Twain kuputar berulang-ulang. Lagu yang kau usulkan akan kita nyanyikan ketika kita menikah


Tapi tidak mungkin juga aku melakukan itu, karena surat itu memang benar surat yang temanku titipkan padaku.


Kamu akan tetap menjadi kamu, pria yang berhasil membuatku seperti sekarang. Mekar layu saat yang bersamaan.. Ah dan itu keahlianmu sayang (sang pemintal air mata)….


Jadi aku masih bertahan disini, berharap ada surat di offline msg-ku…*ah mari bermimpi dulu


(oleh @neeyaisme di http://niyajothi.wordpress.com/2011/02/01/day19-jika-aku-kamu/)

2 komentar:

  1. Pria Di Balik Jendela17 Maret 2011 pukul 04.55

    Sedikit perlu penyuntingan agar semua menjadi lurus.. Ceritaku ini bila dipandang dengan persepsi yang salah, maka berlainanlah pula khazanahnya.. Iya, ini memang ceritaku.. Dan ini nyata..

    BalasHapus
  2. ^oeboeneques^
    Makna kegalauan yg tertuju ternyata menumbuhkan harapan yang mudah2an bisa seperti mimpi2 yg diharapkannya...terus berkarya,jgn pernah kalah dengan penat!!!

    BalasHapus