Wahai ‘istriku’,
Well, kurang sebulan sebelum masa kontrak kita berakhir ya? Ternyata setahun itu lumayan. Lumayan lama dan lumayan banyak yang terjadi. Mulai dari kamu yang telat setengah jam pas ijab kabul (tega betul kamu KESIANGAN pas hari pernikahan kita, hah?!), benjol di kepalaku yang ngebekas sampe sekarang gara-gara aku nggak sengaja nglanggar batas wilayah ranjang, kopi yang keenceran, korden yang nyaris kebakar gara-gara kamu lupa matiin obat nyamuk elektrik… Luar biasa kamu ini! Huh! Sampai sekarang aku nggak habis pikir kenapa waktu itu mau mengiyakan tawaranmu buat ngejalanin kawin kontrak ini. Dukun mana yang kamu bayar untuk nyambet aku, heh?!
Yaaaaa, kamu istri yang menyusahkan sih memang. Aku harus bersabar-sabar demi masa kontrak yang cuma setahun ini. Dan huwaw! Ternyata tinggal sebulan lagi! Hahahahahaha!
Tadi aku berdiri di depan kalender yang kamu taruh di deket kulkas sambil minum jus kemanisan yang biasa kamu bikin. Tiba-tiba aku kepikiran…
Uhuk. Ini mungkin hal yang berbeda dari aku biasanya. Tapi ini serius.
Kamu mungkin memang perempuan paling kacau yang pernah aku kenal. Sering ngomel-ngomel, suka teriak-teriak, bawel, pikun, paling susah bangun pagi, nggak bisa rapih, cuek, nggak bisa ngebedain mana gula mana garam, masak mi instan kebanyakan air, bikin kopi keenceran… Tapi kamu lembut dan perhatian, kamu satu-satunya yang ada dan bilang “So what? Aku tau kamu bisa nglakuin lebih dari yang orang-orang itu bilang. Mereka cuma nggak tau siapa yang baru mereka remehkan,” waktu aku terpuruk akibat perlakuan orang-orang di kantor. Meskipun kamu cuma istri kontrak, tapi kamu tetap berusaha melayani semua keperluanku. Dan tanpa sadar, kamu sudah menjadi semua kebutuhan dan kehidupanku… Tanpa aku sadari dan bisa aku cegah, kamu sudah menjadi segalanya buat aku…
Aku juga tau, kamu makin lama juga menyadari perasaanmu ke aku. Berpura-pura menjadi suami istri ternyata justru membuat kita bisa menjalani ini semua selayaknya pernikahan sungguhan ‘kan? Pertengkaran, dukungan, keluhan, semangat, dan hiburan… Dan aku yakin, alasan awal kita memutuskan perkawinan kontrak ini sudah lama tak berlaku lagi sejak kita menangis bersama di hari itu. Betapa, saat itu adalah saat pertama kalinya dalam hidupku aku menangis di depan seorang perempuan, dan aku benar-benar membuka diriku sepenuhnya. Cuma kamu yang bisa.
Jadi… Dengan ini, aku pengen bilang, kita bikin surat kontrak baru aja, yuk! Aku ingin mengontrak hatimu, untuk selamanya. Ini jujur dan tulus, bukan jebakan batman yang biasa. Mau ya?
Tertanda,
‘Suamimu’ yang ingin menjadi suami betulan.
P.S. : I do love you so damn much
(oleh @inezkriya di http://cintalangitbiru.wordpress.com/2011/02/01/surat-cinta-no-19-surat-kontrak/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar