Selasa, 01 Februari 2011

Surat Menyapa Hujan

Hai kamu, oh kalian rintik - rintik hujan di sore hari.

aku hanya berdiam diri di hari yang dimana seharusnya aku bekerja.
Aku di kampungku, dan aku disambut kalian yang mungil berjatuhan disaring awan kelabu. Jatuh.
Ada yang memantul - mantul kegirangan menyapu debu yang seketika berubah menjadi wangi yang khas.

Hujan, lama - lama kau deras.
Menutupi pandangan yang selalu fokus kepada dunia fana.
Kau selalu mengisi tiap hela nada denyut jantungku.
Sehingga aku yang sedang kesepian menjadi terhibur dengan pertunjukkanmu.

Manusia - manusia berkumpul dan berdempet di satu tempat.
Engkau membawa kehangatan.
Dua anak kecil berlarian di bawah sehelai daun pisang yang lebar.
Itu menambah cerita di tiap kali kau membuat pertunjukkan di bumi.

Aku selalu ingin tau.
Bagaimana jika kalian, titik - titik mungil bisa berbicara?
Aku hanya bisa melihat semua tumbuhan menjadi hidup jika kalian jatuh.
Apa mungkin kalian mengajak mereka bercanda? Tertawa tiada henti.
Ya, mereka memang hidup.
Dedaunan yang terlihat mati, bersuara ketika bersentuhan dengan kalian, rerintikan hujan.

Hujan, hiburlah aku selama di kampungku.
Aku rindu akan kehangatan orang - orang di sekelilingku.
Aku ingin mereka mendekat dan melihat diriku yang sebenarnya lelah menuntun masa depan sendiri, tanpa bantuan siapapun di dalamnya.

Aku.
Yang setia melihat rintikan hujan menari di halaman rumah.


---Oleh:


(diambil dari: www.crezative.tumblr.com )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar