Minggu, 30 Januari 2011

The Good Samaritan

Fatima ( @fatimalkaff ),

Ah. Aku tidak tahu bagaimana untuk mengawali surat ini. Terlalu banyak yang ingin aku katakan, tetapi sepertinya semuanya sudah aku katakan dan ceritakan kepadamu. Jadi aku harap surat ini gagal untuk membuat dirimu bosan untuk membacanya.

Aku tidak ingat bagaimana awal “pertemuan” kita di Twitter. Tapi itu tidaklah penting. Yang penting, aku sangat bersyukur kepada Tuhan bahwa ada seorang kamu di garis waktuku. Ada seorang kamu yang mau mendengarkan aku. Ada seorang kamu yang perduli padaku. Ada seorang kamu yang mendoakan aku.

Beberapa hari sebelum pertemuan kita hari Kamis yang lalu, aku mengirimkan pesan singkat ke telepon genggammu. Dan menurut pengakuanmu saat itu, pada saat yang bersamaan kamu pun sedang berpikir untuk mengirim pesan pribadi kepadamu di Twitter. Aneh. Semesta memang aneh. Tetapi sama seperti “pertemuanku” dengan Theo, aku percaya pertemuan kita pun tidak terjadi secara kebetulan. Atau meminjam istilah Theo: ini tanda.

Fatima,

Pada menit pertama saat kita bertemu muka tiga hari yang lalu, saat melihat matamu entah mengapa aku ingin menangis. Belum lagi saat kamu bertanya, “Are you okay?” Pada saat kamu pergi ke kamar kecil setelah itu, aku menangis sendirian di bangku itu. Aku tahu aku memang sedang bersedih, tapi aku tidak tahu mengapa tiba-tiba airmataku serasa begitu ingin keluar dari bola mataku. Tak terbendung, tak tertahan.

Lalu menit-menit mengalir begitu cepat. Kamu dengan sabar bertanya dan mendengarkanku. Dengan sadar, aku ceritakan semuanya kepadamu. Bahkan bagian-bagian yang aku sembunyikan dari tembok dan langit-langit kamarku. Mereka tidak pernah tahu. Mereka tidak boleh tahu.

Dan sesaat, bulu kuduk kita berdua berdiri saat aku menarik sebuah kursi lagi dari meja di sebelah kita. Sampai sekarang aku pun tidak tahu, kekuatan apa yang mendorongku untuk melakukannya. Ternyata… Ah. Apa yang dapat aku sembunyikan dari bola matamu yang indah, Fatima? Rahasia dan kekejian mana yang tidak dapat tersingkap di dunia ini?

Fatima,

Terima kasih karena telah mendukung aku dalam doa. Kita memang berbeda iman, tapi kasih yang aku rasakan dari persahabatanmu (boleh aku memanggilmu “sahabat”?) itu melebihi kasih - tanpa bermaksud membandingkan - yang aku terima dari saudara-saudara seimanku. Dan melalui kamu, aku sekarang tahu bahwa malaikat itu tidak perlu bersayap. Ada malaikat yang berjilbab.

@fatimalkaff,

Tadi sepulangnya aku dari @piknikasik, aku menerima kabar sukacita. Dan orang pertama yang aku hubungi adalah kamu. Ini adalah buah dari pergumulanku selama beberapa bulan ini, dan buah dari doa kita. Aku menangis di dalam taksi, sambil tak hentinya mengucap syukur kepada Tuhan :’)

Ya. Aku memang cengeng. Tapi yang terakhir tadi itu, tangis bahagia. Tangis ucapan syukur. Bahwa ternyata Tuhan belum melupakan aku, dan masih mau memanjangkan tanganNya untuk aku.

Oh ya. Kemarin aku juga menerima pesan singkat darimu saat kamu menidurkan Ahmad. Aku terus terang terkejut dan terharu. Sebegitu besarnya niatmu untuk menolong aku, padahal boleh dikatakan aku ini orang asing bagimu.



Aku jadi teringat dengan sebuah kisah di Alkitab. Tentang orang Samaria yang baik hati. “The Good Samaritan”. Mungkin kamu pernah mendengarnya. Jika belum, kamu bisa membacanya di sini. Kamu adalah orang Samaria itu, Fatima. You are that good Samaritan. And I believe that God loves me so much that He sends you to my life when I need to get strengthened the most. Tuhan memberkati aku melalui kamu. Dan aku percaya, Tuhan mengasihimu seperti biji mataNya sendiri - karena ketulusan dan kebaikan hatimu.

Fatima,

Hari ini sesuatu yang baik terjadi padaku, dan aku percaya ini hanyalah awal dari kebaikan-kebaikan Tuhan yang lain. Just as what you told and convinced me.

Aku mau berterima kasih untuk matamu
karena mereka memandangku dengan kasih.

Aku mau berterima kasih untuk telingamu
karena mereka mendengarkanku tanpa lelah.

Aku mau berterima kasih untuk mulutmu
karena dia telah memberkati dan menguatkan aku.

Aku mau berterima kasih untuk tanganmu
karena mereka menjubahi aku yang ketakutan.

Aku mau berterima kasih untuk kamu
karena Tuhan itu baik.



Selamat pagi, Fatima. Mungkin saat ini kamu sedang kelelahan dan tertidur sambil memeluk Ahmad yang mungil itu. Doaku untukmu, semoga kamu menerima berkat Tuhan yang lebih besar lagi, sampai sepanjang hidupmu. Amin.

P.S. Selamat ulang tahun sekali lagi, Fatima. Maaf, aku belum beli kadonya :\



---Oleh:


(diambil dari: www.poeticonnie.tumblr.com )

3 komentar:

  1. aaaaaaaaaaa....aku nangis bacanya masa.. :')

    I Love both of you. #nunggingmanja :*

    BalasHapus
  2. Aku juga nangis masaaaa....................

    BalasHapus
  3. Hah, emang masalahnya apa, dramatis bangat?

    BalasHapus