Sabtu, 29 Januari 2011

Singgahkan Aku di Doamu…

Teruntuk: Papa di Surga


Semua semakin sulit saja. Semua melekat di dalam darah, seperti bagian dari diriku yang sulit terpisahkan, seperti mimpi yang berkepanjangan. Entah apalah namanya, aku hanya (selalu) menjadi bagian sulit yang enggan kau ceritakan.

Ternyata aku tidak seperti yang kau inginkan. Aku tak lagi seperti yang ada di benak mu. Aku ini yang membuat mimpimu menjadi rumit, aku mengabaikan setiap maksudmu, dan tiba waktunya aku menjadi semakin keluar dari mimpimu. Lalu aku jatuh semakin dalam dan terlelap.

Lalu aku menatapmu dalam. Aku tahu ada bagian yang tersakiti di hatimu. akupun jauh berlalu, terlelap dengan malu.

Dulu pernah kau tunjukkan semua arah padaku. Kita juga pernah bersama mengarunginya. Saat itu kau sadar aku tidak bersama mu. Anak kecil mu telah berlari dan menjadi bayangan. Tak kan kau temui aku di gelap kamar ku, juga di sungai kecil tempat kita biasa melepas kotor, tidak juga diantara malam dan kereta, bahkan di teduhnya gereja pun kau tak akan menemukan ku.

Langkahku menjadi dua. Kadang aku ke kanan, kadang aku ke kiri. Katamu tentang ke kanan tak lagi terhiraukan. Pernah juga aku berhenti di tengah. Kebingungan dalam pilihan. Hingga akhirnya semua tidak ku pilih. Semua tak kulakukan. Aku tahu sakit yang kau rasakan meski kau tak mengutarakannya.

Kenapa aku ini? Sepertinya ada yang lain merasuki ku. Dulu aku tak begini. Dulu kita bersama memulai pagi. Dulu aku setia mengharapkan mu di pintu sekolah. Dulu aku duduk diantara pundakmu. Dulu aku rindu bunyi batu dan sepeda tua. Dulu aku menunggu sore datang, menunggu saat aku bisa menceritakan hari. Dulu.

Aku rindu bulan september 2002. Aku rindu jalanan kota tertinggal. Aku rindu kendaaran ku. Aku rindu menyenangkanmu. Aku rindu senyum mu. Aku rindu sekedar berucap selamat pagi diantara kopi, aku rindu saat memastikan jika engkau baik-baik saja. Aku rindu mengeluh…..

Maafkan aku sejauh ini. Aku hanya ingin hatimu. Aku ingin mengulangi jalan kita lagi. Aku ingin merebut kembali kebanggaanmu.

Tolong sekali lagi percaya kepada ku. Kali ini biarkan aku menawar, kali ini mampukan aku dengan doa mu. Berikan aku senyuman besar mu yang menjadi kekuatan abadi ku. Sedikit saja. Buka hatimu untuk sekedar tahu sedang apa aku. Kali ini biarkanlah begitu. Singgahkan aku dalam doamu.



(dikirim oleh @a_gek di http://agek.tumblr.com/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar