Sabtu, 29 Januari 2011

Untuk J

Halo J yang aku tahu kamu ada di mana,

Sebenarnya malam ini aku begitu lelah, kalau aku menceritakan rinciannya, aku tahu kamu pasti malas membacanya. Mungkin bukan malas, tapi kamu gak mau tahu.

Tadi gak sengaja aku melihat news feed di halaman depan Facebook-ku, dan di situ ada tentang dirimu. Sedikit kuintip, dan ternyata membawaku ke kenangan sekitar 2 tahun yang lalu. Ya, saat kita masih menjalani masa yang kata orang masa paling indah dan gak terlupakan.

Ingat saat aku meminta nomor ponselmu di wall facebook-mu? Ya, saat itu aku memang ingin tahu bagaimana kabarmu. Dan kamu gak memberikannya langsung, aku tahu nomormu justru dari salah satu sahabatku. Sebegitu tidak maunya kah kamu memberikan nomormu padaku?

Dan saat aku langsung mengirim pesan singkat begitu aku mendapatkan nomormu, kamu tahu, sejujurnya aku ingin mengetahui reaksimu. Dan kamu sama sekali gak berubah. Tetap dingin, cuek, dan tak peduli. Kupikir pesan singkatku gak akan kamu balas, ternyata kau membalasnya. Waktu kuingatkan kamu untuk segera menyimpan nomorku, kamu bilang ternyata kamu sudah menyimpan nomorku. Wow. Aku kaget. Bukan kaget karena aku senang kamu masih menyimpan nomorku, tapi kaget karena selama ini kamu menyimpan nomorku, tapi kamu gak pernah sekedar memberikan pesan singkat saat Natal dan Tahun Baru.

Baiklah, bagaimana kalau kita sedikit flashback ke masa-masa indah (kata orang) dulu. Ya, aku yang duluan tertarik padamu. Entah mengapa, padahal aku gak pernah sekalipun memandangmu lebih dari sekedar teman biasa. Tapi karena satu hal yang membuat kita harus terus bersama, dan teman-teman (sialan) yang menggosipkan kita, aku jadi mulai memperhatikanmu. Dan ya, setelah kuperhatikan, kau memang berkharisma dengan caramu sendiri. Dan itu satu hal yang kusuka darimu. Aku memang orang yang heboh, hingga mungkin aku terkesan agresif saat menggoda dan bercanda denganmu. Tapi itu satu-satunya cara yang bisa aku lakukan agar kamu sedikit memperhatikanku. Jujur, itu karena aku merasa kamu begitu perhatian sekali dengan adik kelas kita, tapi padaku, kau begitu cuek. Anggap saja itu usahaku untuk mendekatimu. Dan aku minta maaf kalau banyak sikapku yang mengganggu dan membuatmu risih.

Dan masih ingat saat kita rajin sekali mengirim pesan singkat. Kamu tahu, saat mendapat balasan darimu, aku loncat kegirangan. Berusaha merangkai kata setenang mungkin tapi sedapat mungkin akan terus membuat perbincangan kita tetap berlanjut. Selalu, kamu yang mengakhirinya.

Dan ketika aku sadar bahwa mungkin aku ini malahan menjadi pengganggu bagimu, aku mulai mundur teratur. Karena memang kurasa itu hanya rasa yang muncul akibat kita sering bersama. Tapi rasa itu hanya muncul dalam hatiku, bukan hatimu. Aku mundur dan mulai menghindarimu, karena bagaimana mungkin aku bisa melupakanmu jika kamu masih saja mondar-mandir di depanku. Dan aku mulai belajar untuk menata setiap degup jantung jika ada dirimu, kubisikkan pada jantungku bahwa kamu tidak akan meresponku sekalipun degup itu semakin cepat atau bahkan membuncah.

Alhasil kita menjadi jauh. Jarang sekali kita berbincang. Satu alasan adalah karena aku tidak mau kamu berpikir aku masih menyukaimu. Tidak, jangan besarkan kepalamu dulu. Karena tidak perlu lama-lama bagiku untuk menghapus rasa itu. Aku cukup mahir dalam bidang itu.

Kalau Tuhan memberikan kesempatan untukmu membaca surat ini, dan kamu tahu jelas siapa aku, aku hanya ingin bilang:

“Aku pernah menyukaimu. Itu dulu. Tapi satu hal yang masih tetap kusuka darimu, saat kamu bermain gitar. Sekarang perasaanku ini murni karena ingin tetap berteman. Tapi kalau ternyata nanti malah kamu yang jatuh hati padaku, siapa tahu?”

Baiklah, mungkin cukup panjang untuk kamu baca, siapa tahu kamu bosen. Aku hanya ingin jujur dengan perasaanku dulu dan sekarang. Terima kasih untuk semuanya. Dan bila kamu jatuh hati pada seorang perempuan, ubah sikap cuekmu itu. Perempuan tidak suka jika tidak dipedulikan. Semoga kamu sehat dan bahagia selalu. Dan, semangat untuk mengejar cita-cita hingga ke Eropa. Kalau kita bertemu lagi, itu termasuk rencana Tuhan.

-rclara-

(dikirim oleh @ragatniaclara di http://ragatniaclara.wordpress.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar