Ya, ini untukmu...
untukmu yang mengukir kata hingga imajinasiku meliar.
untukmu yang mampu memindahkan peristiwa ke dalam bahasa tak terduga.
untukmu sang penulis yang bahkan tak peduli arti ketenaran.
untukmu yang mampu membuatku penasaran, bahkan menjadi kepo! Sungguh tega...
Sebenarnya belum lama aku resmi menjadi pengagum rahasiamu. Entah berawal kapan, yang pasti, saat aku menemukan jiwamu bersemayam dalam kata-kata yang kau ramu dalam blog keramatmu itu. Saat itulah jiwa kepo-ku menguasai. Aku penasaran. Kuobrak-abrik gudang arsip maya-mu untuk membaca kisah demi kisah. Kubaca kata per kata sekalipun beberapa kali kutemukan bahasa orang-orang Eropa yang tak kumengerti. Biarlah, aku tetap melanjutkan. Tetap ditemani jiwa kepo yang semakin mengganas. Maaf.
Aku suka gayamu bertutur, perbendaharaan kata-katamu yang luas membuatku tak bosan membaca setiap kisahmu. Terlepas dari isi tulisanmu yang liar, bahkan beberapa pemikiranmu yang tidak ku-iman-i, aku tetap suka caramu memindahkan kehidupanmu di sana. Kau juga selalu mengatakan bahwa berapa lama kita hidup tidaklah penting, tapi apa yang sudah dilakukan selama kita hiduplah yang penting. Ya, kau sempat membuatku iri dengan pengalamanmu. Terima kasih sudah pernah menulis sedikit tentangku dan beberapa yang lainnya, rupanya aku pernah meninggalkan jejak.
Akhirnya saat itu tiba, saat aku tak lagi menemukan trilyunan ramuan kata-katamu dalam sebuah alamat di dunia maya. "The authors have deleted this blog". Tiba-tiba kutemukan kata-kata itu.
Kau pernah bilang untuk tidak mencintaimu karena kata-kata.
Sepertinya terlambat.
Aku memang tidak mencintaimu.
Mungkin lebih tepatnya, aku hanya terlanjur mencintai tulisanmu.
Ya, tulisanmu...
dan ke mana kau membawa 'semua'nya pergi?
PS: Sorry, I'm officially addicted to your words...
(dikirim oleh @minumino di www.ketikasayangalorngidul.blogspot.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar