Sabtu, 29 Januari 2011

Kamu (hujan, senja, malaikat, kopi)

Jakarta, 29 Januari 2011


Sudah baca surat ku jum’at lalu? “Hujan, Senja, Malaikat, Kopi”. Aku yakin, meskipun aku tidak bilang rangkaian kata-kata yang kutumpahkan disecarik kertas itu tertuju padamu, kamu (pasti) tau itu untuk kamu.

Aku (akan) senang kamu membacanya, meskipun jawaban yang kamu berikan hanya keraguan atas isi suratku. Setidaknya, aku tau, kata-kataku bersatu tidak percuma. Kamu masih bertanya, apa benar semua ‘tawaran’ itu nyata, apa aku menuliskannya dalam keadaan tersadar.. itu (pasti) katamu. Aku hanya bisa tersenyum saat itu, antara malu mengakuinya atau dan kecewa (ternyata) kamu masih saja mempertanyakannya.

“Hujan, Senja, Malaikat, Kopi” kamu (pasti) menyadarinya, itu adalah anugerah Tuhan yang sama-sama kita kagumi. Aku tidak akan memaksakan diri untuk membuatmu percaya dengan apa yang kutulis, aku ingin kamu menyadarinya sendiri, melihatnya, merasakannya dengan satu hati, kepala dan kedua matamu.

Aku bukan pemain kata yang hebat, aku tidak bisa merangkai kata-kata indah seperti mereka yang kamu kagumi. Kamu tau, tangan ku gemetar ditiap huruf yang aku sentuh dikeyboard laptopku saat menyusunnya. Kamu tau, kenangan akan tatapan hangat mu lah yang menolong jemariku membebaskan ketakutan menuliskan itu semua. Ya..aku menulisnya dengan tidak lepas mengingat sosokmu.

Tadinya aku pikir ini euphoria semata, tadinya aku pikir, aku puas dengan sekedar menumpahkannya saja, tadinya aku pikir tetap mamanggilmu teman itu ‘cukup’. Ternyata..tidak. Aku..munafik.

Sesuatu tentang dirimu, yang makin hari makin ku ketahui, makin membuatku ingin menjadi ‘sesuatu’ bagimu. (dan) Sesuatu tentang diriku, yang mungkin kamu belum ketahui, aku juga pemuja kehangatan; sinar matahari pagi, segelas susu putih, pelukan ayah dan (lagi-lagi) tatapanmu. Mungkin itu juga yang membuat ku makin berani merobek dinding gengsiku.

Wahai pemuja aksara cinta, boleh aku tanya sesuatu? Apakah menurutmu (kali ini) aku ‘Jatuh Cinta’ ?

Simpan jawabannya untuk mu, beri tau aku disaat jawaban tersebut sudah tidak lagi mengundang pertanyaan baru yang tertuju padamu.

Salam,

(mungkin) Pemuja mu.

*dear diary, simpan rahasia ini sampai mati*


#NowPlaying Remy Zero -Fair-


---Oleh:


(diambil dari: www.sisayappatah.tumblr.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar