Rabu, 19 Januari 2011

Kepada B 1281 Zi

Katana-ku sayang,
(sayang sekali kau pergi sebelum sempat kuberi nama. Padahal akan jauh lebih manis untuk diingat-ingat jika kau punya nama sendiri!)
Suatu sore aku bercerita tentangmu pada pacarku, dan kemudian tiba-tiba aku jadi begitu merindukanmu. Di mana kau sekarang? Apakah kau masih baik-baik saja? Ah, semoga pemilik barumu yang entah siapa masih memperlakukanmu dengan baik. Jika tidak, aku akan sedih sekali, seperti hari di mana kau diangkut pergi dari rumah–saat itu aku menangis begitu keras, kau tahu?
Seandainya saja kau punya nyawa seperti Herbie–mobil yang di film itu–dan bisa membaca surat ini. Tapi saat kau masih bersamaku sebenarnya aku sesekali suka membayangkan kau memang bernyawa. Kita anggap saja begitu, agar kau bisa menemaniku mengingat-ingat kejadian manis yang kita lewati bersama bertahun-tahun. Walaupun semuanya bodoh, dan sebagian besar adalah tentang aku yang tersasar karena tak tahu jalan.
Apakah kau ingat saat aku membawamu berjalan-jalan agak jauh untuk pertama kalinya? Waktu itu aku masih kelas 2 SMA. Kita pergi bersama teman-temanku, Devi dan Ellen, ke Mal Kelapa Gading. Tapi waktu itu aku tak tahu jalan, lalu kita tersasar sampai Stasiun Kota! Pasti jika kau bisa bicara, kau akan marah-marah. Apalagi saat kemudian aku tak sengaja menabrakkanmu pada mobil di depanku, lalu coba-coba kabur tapi gagal. Kau juga pasti ingin sekali tertawa saat tante-tante dengan pakaian tidur itu keluar dari mobilnya dan mengataiku Lonte. Ah, pasti kau merasakan betapa tanganku langsung gemetar sepanjang perjalanan.
Hari-hari kita semakin seru saat kau mulai mengenal teman-teman kuliahku. Ingat kan saat kita dan Mhia mengantar Yesthi yang mau menemui Bimbim sebelum mantannya itu berangkat ke Australia? Lagi-lagi kita tersasar, kali ini bahkan sampai ke Pelabuhan Tanjung Priok. Waktu itu ngeri sekali rasanya menjadi tiga perempuan bermobil Katana dengan jendela terbuka lebar di antara supir truk-truk super besar (yang jendelanya terbuka lebar juga). Untung mereka baik-baik, kita selalu disuruh jalan duluan. Walaupun perjalanan di Jl. Cacing (eh, itu bukan ya namanya?) itu seperti tiada akhir dan akhirnya kita tetap tak sampai di bandara, malah menghibur Yesthi dengan karaoke di Kelapa Gading.
Ah, banyak sekali cerita yang kuingat bersamamu. Mulai dari mesinmu yang sering sekali mati tiba-tiba, safety belt yang rusak, speedometer yang mati, AC yang malah membuatku masuk angin karena harus selalu membuka jendela, sampai perjalanan ke gunung Salak di mana kau tak kuat menanjak sampai kami semua di dalamnya ketakutan. Tapi tak masalah, toh aku juga bukan pengemudi yang baik. Maafkan aku ya, karena sering sekali nyaris membuatmu penyok dan tak pernah mengemudi dengan SIM. Semoga pemilik barumu jauh lebih handal!
Bagaimanapun, mobilku sayang, kau adalah salah satu teman terbaikku selama bertahun-tahun. Aku tak bisa mengendarai mobil lain sebaik aku mengendaraimu, karena setelanmu yang luar biasa unik. Aku juga tak mungkin mengalami banyak kejadian seru jika kau tak bermasalah. Jadi terima kasih ya, untuk tahun-tahun yang luar biasa. Kenangan tentangmu akan selalu ada di hatiku dan sahabat-sahabatku.


Peluk Cium,
Mantan Pemilikmu.


(dikirim oleh @jemarimenari)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar