Kamis, 13 Januari 2011

Kukirim Rindu ke Wellington



Untukmu
yang sedang berlayar

Bulannya bersinar, bintangnya berkelipan. Malam Wellington..... atau di manapun kau berada.

Sengaja kutulis surat ini malam hari. Karena dalam gelap biasanya satu cahaya kecil sudah terlihat. Dengan begitu aku bisa benar-benar berfokus padamu. Tapi memang kenyataanya, dari sekian banyak kedatangan, malam ini aku hanya ingin menulis untukmu.

Aku tahu kau tidak bisa memahami bahasaku. Aku hanya ingin mengenang sayang. Di sinilah semua akan kumulai, RINDU.

Kau tentu masih ingat betapa canggungnya pertemuan kita. Di mulai di ruang yang juga gelap, bioskop. Namun semua berangsurangsur jadi menyenangkan. Aku masih ingat caramu menceritakan dirimu. Dan kata “bye bye” untuk pedagang soto menutup candaan kita malam itu. Selanjutnya kita hanya berhubungan melalui handphone hingga malam kau datang.

Aku memutar lagulagu Norah Jones. Kemudian film Pride and Prejudice yang menemani kita malam itu. “I will never watch Pride and Prejudice with a straight face” candamu.

Akhirnya kau harus pulang. Pesan terakhirmu adalah “see you”. Pesan yang menjawab harapanku untuk bertemu denganmu lagi. Kau tentu ingat semua. Aku pun ingat bahwa saat itu, aku tidak bisa menghubungimu lagi. Hingga kini.

Lalu tiba-tiba kudengar kabar kau punya hobi baru: berlayar. Dari foto-fotomu dapat kulihat betapa bahagianya kau mengarungi lautan. Aku bahagia bisa melihat tawamu lagi walau hanya dari gambar. Kau tampak lebih tua sekarang. Ah, mungkin aku juga. Tapi kesanku padamu tetap sama. Kau masih seorang yang membuatku ingin memeluk. Rasa sayang mendadak banjir saat melihatmu.

Tapi sudahlah. Mendengar kau menikmati hariharimu saja aku sudah bersyukur. Teruslah berlabuh. Aku sedang membuat perahu untuk menyusulmu. Dengan perahu ini, kuharap ada keajaiban. Aku ingin mendengar kisahmu sepanjang tahun kita tak bertemu. Semalaman, semingguan, setahunan, hingga aku bisa tahu bahwa kau tak akan pergi lagi dariku.

Ah, sudahlah. Malamnya sudah terlalu larut. Ini waktunya aku tidur.
Eits, tapi kau harus tahu ini. Biasanya saat aku memejamkan mata, sebelum terlelap. Melalui angin yang kuhembus, aku terbiasa melakukan ini:



Yah, mengirim rindu untukmu, ke Wellington. Atau di manapun kau berada.


Salam rindu dalam keajaiban,
Pengintai Bintang

------

(diposting di www.penyairduamusim.blogspot.com)

2 komentar:

  1. Berlayar tanpa nahkoda itu berbahaya

    BalasHapus
  2. Keren ini Em. Gue semacam bisa dapet emosinya dan masuk ke dalam isi suratnya :)

    BalasHapus