Sabtu, 15 Januari 2011

Teruntuk kamu, spesial dariku

Hai, Helo. Apa kabar?
Aku senang menggunakan kata-kata ini ketika menyapamu singkat seraya senyum kudapati terbentuk di wajahku. Kamu seharusnya tahu, aku berjuang mati-matian menahan maluku yang begitu besar untuk memulai manyapamu. Kulawan perang batin antara perasaan dan keinginanku, lebih tepatnya rinduku untuk sekadar tahu kabarmu. Ya, itu aku, masih seperti gadis kecil masa lalu yang kamu kenal dulu, yang berlari menjauh ketika kamu menggodaku. Kamu yang pernah memberiku selembar kertas berisi kata-kata yang membuat pipiku merah jambu. Aku sungguh lupa itu, tapi kamu mengingatkannya kembali. Aku rindu masa itu. Ketika kamu memperhatikanku, aku tersanjung. Terima Kasih. Aku hanya pemalu. Tahu kan?
Betapa beruntungnya kamu, masih terpatri di otakku dan berhasil mendapatkan hatiku dengan mudah, padahal aku bersusah payah agar tak dulu memikirkan cinta dalam wujud kasih sayang kepada keturunan Adam sepertimu.
Kamu. Berbesar hatilah, berbanggalah! karena jika kamu tahu isi hatiku, kamu akan tertawa senang dan bahagia, merasa menang dan sebagai seorang pahlawan, karena hatiku penuh dengan kerinduan yang memabukkan dan juga menyakitkan padamu. Aku sendiri takut mengaduknya, takut semakin teracuni oleh rindu yang kuramu sendiri, akibat sepi beberapa hari tanpa kabar darimu. Perasaan membuncah yang bersemayam dan mengobrak-abrik hatiku dan menggerogoti akal sehatku.
Hai, Helo. Aku tersenyum kecil dan malu mengingat aku secara tidak sadar jatuh ke ranjaumu, aku tidak menyukainya tapi aku pun enggan keluar dan selamat dari jebakanmu tersebut.
Kamu. Aku tidak menuntut apa-apa darimu, aku hanya sekedar ingin menuangkan rasa ke bentuk-bentuk kalimat ini agar jika kamu membacanya, ada aku disini, dengan hatiku yang selalu terikat padamu dalam ingatan yang kubuat sendiri dari gambar-gambarmu. Aku senang dengan perasaan ini, malangnya aku memliharanya dengan baik, aku berharap secercah dari hatimu begitu pula padaku.
Oh ya, karena aku begitu pemalu, apalagi di depanmu, bisakah kamu tidak menanyakan mengapa aku jatuh hati padamu dan sejak kapan, ketika kita punya waktu membicarakannya? Aku mungkin tidak akan pernah bisa menjawab langsung pertanyaan itu di hadapanmu, lidahku akan kelu dan mati rasa, dan suara jantungku akan lebih bertalu-talu dan mengacaukan pikiranku. Ya, aku mudah terhipnotis sorot matamu yang menakjubkan itu sehingga mengaburkan segala yang ada di pikiranku. Yang perlu kamu tahu hanya ini
Cintaku besar jika ia mencinta seseorang, hanya tak sanggup terucap dengan lisanku.
Sudah tahu kan?
Kamu. Apa kabarmu hari ini? adakah kamu ingat aku seperti aku yang merindu sosokmu untuk dapat kupeluk seperti dalam mimipiku terhadapmu?

Dari :
Aku, yang masih merindu bersama waktu dan menerka-nerka ruang nyaman yang ada di hatimu, bertanya, masih bisakah untuk kutinggali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar