Sabtu, 22 Januari 2011

#30HariMenulisSuratCinta (Hari Sembilan: Untuk Kamu Lagi)

Kamu!


Untuk yang kesekian kali aku tulis surat cinta lagi buatmu. Karena, kamu tahu, ini bukan terasa seperti kewajiban, lebih seperti kebutuhan.


Kamu bilang aku jalang karena selalu tidak jauh dari pikiran ranjang. Karena memang begitulah aku yang membuatmu jatuh cinta dengan pandangan garang. Kamu menikmati surat-suratku seperti layaknya kamu melahap hembusan berahiku. Surat-surat cinta itu, begitu pula yang ini nantinya, seperti biasa berakhir di selipan celana dalammu.


Sayang, aku memang jalang dan tertembak pelurumu sang pemburu. Tidak bisa dijelaskan bagaimana tangkapan untuk makan malam ini dengan penuh rela disantap sang penangkap. Mungkin cinta mati? Menyerahkan seluruh raga dan hati disayat-sayat belati? Seumur-umur baru sekali ini aku merasa punya belas kasih sejati.


Kamu yang pertama, Sayang. Yang utama jadi inspirasiku kala menulis sambil mengangkang. Di benakku kamu selalu telentang telanjang. Dan sesungguhnya saat kamu menelan syahwat bulat-bulat, aku pun terpikat. Ketika tautan badan membuat simpulnya sendiri, aku merasa hangat. Ketika nafas kita saling berkejaran cepat, aku menghirup peluh yang lekat.


Nah ini, sekarang kaugoda dulu fantasimu dengan suratku lagi. Lalu sebelum tidur nanti, balaslah dengan kata-kata bergelora tentang surga di antara kaki. Tidak perlu kautulis, cukup kau berbisik. Lebih orgasmik.


Salam,


Si Jalang.


(dikirim oleh @miyaa di http://literaturdiatasranjang.blogspot.com/2011/01/30harimenulissuratcinta-hari-sembilan.html?zx=7b24b16bcf7e6116)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar