Rabu, 26 Januari 2011

Curhatan Untuk Tuhan

Kepada Tuhan Yang Maha Pencipta Segala,

Tuhanku sayang, mohon maaf sebesar-besarnya karena lancang mengirim surat. Tapi saya sedang gayus guyana alias gundah gulana. Jadi saya mau minta izin bertanya sedikit. Tapi saya maklum kok kalau surat saya tak dibalas dengan segera, meskipun ya pasti berharap juga sih…
Tuhan, saya tahu dan sadar bahwa saya ini bukan perempuan yang suci-suci sekali. Banyak juga dosa yang saya buat dengan sadarnya. Tapi saya sendiri merasa (mohon maaf) sudah berusaha menebusnya. Meskipun, mungkin semua itu belum setimpal ya? Saya cuma heran, Tuhan. Jadinya banyak kata “kenapa” yang muter di kepala saya. Nah, daripada muter-muternya itu makin bikin saya pingsan, jadi say aputuskan meneruskannya pada-Mu Yang Maha Tau. Boleh, ya?
Jadi Tuhan, Engkau tahulah apa yang terjadi pada hati saya ini. Banyak mau dan banyak nggak mau tau. Saya cuma bingung. Apa dosa saya itu jauh lebih besar daripada para koruptor? Atau sama besarnya dengan para pelacur yang murni dikuasai nafsu? Apakah begitu berdosanya saya sampai saya ini tak pantas mendapatkan orang yang saya cinta? Memang, saya yakin Engkau pasti sudah menyiapkan yang terbaik untuk saya, dan mungkin dia belum sebegitu baiknya. Tapi kok ya… hati kecil saya selalu membujuk untuk terus menunggunya. Atau itu sebenarnya setan kecil dalam diri saya yang menyamar jadi hati? Waduh, jangan-jangan paru-paru dan otak saya pun jelmaan setan?? Errrr, ampun Ya Gusti, cuma bercanda kok…
Hanya saja memang begitu rasanya, Tuhan. Saya merasa semua tepat. Mungkin semua itu salah, tapi bukankah kita terkadang harus memilih sesuatu yang lebih tepat daripada yang lebih benar? Dan rasa panas di dada serta cekit-cekit yang menusuk ini lho… Kalau saya bukan berjodoh dengannya, kenapa saya bisa begitu mudahnya cemburu? Padahal ‘kan dia tak pernah jadi milik saya sepenuhnya juga…
Duh, Gusti… Saya mohon dijawab ya pertanyaan-pertanyaan saya ini. Karena otak saya rasanya sudah dipenuhi aksara-aksara Cina yang super rumit (Subhanallah, Engkau Maha Besar hingga mampu menciptakan akal manusia yang bisa menciptakan tulisan abstrak itu), jadi kalau dijejali pertanyaan berbasis “kenapa” ini, saya takut bisa kena stroke dini. Maaf Ya Tuhan, sudah mengganggu dengan hal remeh begini. Tapi saya capek nangis malam-malam karena bimbang. Ihiks…
Dengan segala rasa syukur dan terima kasih karena masih diberi kesempatan untuk menulis,
Seorang umat, Inez Kriya
P.S. Saya sukaaaa sekali langit biru ciptaanmu. Izinkan mengaguminya lebih banyak di Depok nanti Ya Tuhan

3 komentar:

  1. ahahaha,, tuhan saya juga merasakan yang sama,,
    jadi Inez Kriya ntr kl udah dijawab sama tuhan cc in ke saya yaa.. :)

    BalasHapus
  2. kasih suara untuk surat dr salah satu orang kesayangan sy ini ya, Tukang Pos! :)

    BalasHapus
  3. pak pos. bu pos, mba pos.. apapun pos...
    mau kasih suara juga buat mba sebelah kamar saya ini ya. ^^

    BalasHapus