Rabu, 26 Januari 2011

Berhati Emas


Mas Bobby,
Sengaja aku menulis surat untukmu di hari ke tigabelas karena aku tahu kamu menyukai angka tersebut, begitu pula aku yang sudah engkau beritahu maknanya, mungkin banyak orang menganggapnya angka sial namun kita berdua tahu kalau angka tersebut bermakna satu dari yang tiga…ya berkat dirimu aku tahu banyak hal yang dulu aku tak tahu dan sering bertanya pada diriku sendiri. Aku menulis surat ini sebagai tanda terima kasih juga rasa sayang dan kekaguman dari seorang adik terhadap kakak.
Mas Boy,
Walaupun orang tua kita memberimu nama Bobby Handoyo ketika dirimu dilahirkan ke dunia ini, aku adikmu yang selalu suka mengikutimu kemana kamu pergi dan apa yang kamu lakukan sehingga kita berdua begitu dekat, bukan saja sebagai kakak adik, tapi sebagai kawan, sahabat dan aku menganggapmu guru juga kepala keluarga pengganti papa ketika papa meninggalkan kita semua di dunia. Aku mungkin tak mengerti atau mengetahui banyak hal yang kamu lakukan ketika kita masih anak-anak, kamu yang hampir jarang dirumah karena sering bertualang, suka mendaki gunung,  menjadi sukarelawan membantu timsar, kamu juga suka hal-hal yang berbau mistik, mungkin sebagai laki-laki, hal-hal tersebut lumrah, bahkan ketika kamu memulai mencoba minum-minuman keras dan sering tawuranpun aku tahu, perjalanan hidup seseorang memang berliku-liku, dari fase satu ke fase yang lain, itulah kenapa aku menganggapmu seorang guru, karena kamu selalu memberitahu aku segala sebab dan akibat perbuatan yang kita lakukan di masa muda, pergaulan bebas memaksa kamu akhirnya harus menerima resiko nya, kamu menikah setelah lulus SMA, tapi mungkin nasibmu sudah di gariskan seperti itu atau mungkin kamu tidak akan sadar apabila tidak diberikan segala cobaan dan godaan juga ujian dari-NYA. Penyesalan tidak ada gunanya, itu katamu dan kamu mencoba menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih dewasa setelah itu. Ya, aku memperhatikanmu dan baik atau buruk nya dirimu, kamu selalu baik dan sayang terhadap adik-adikmu, selalu mengajarkan jangan berbuat sepertimu dan karena itu aku selalu sayang padamu.
Mas Robbi,
Itu sebutan buatmu dari guru-guru besarmu, yang setelah bertahun-tahun lamanya dan akhirnya kamu temukan dan menjadi panutanmu, kamu yang mulai bertambah umur, mempunyai 5 anak sekarang, rasanya aneh orang tua kita mempunya 5 anak , 2 laki-laki dan 3 perempuan, begitupula kamu, walaupun kamu pernah mencoba tak mau punya banyak anak, namun mungkin Tuhan bermaksud lain dan memberimu banyak anak, mungkin itu juga cobaanmu, supaya kamu lebih tegar dan kuat, lebih berusaha keras mencari nafkah walau dengan ijazah SMA, bekerja sebagai buruh yang tak tetap, terkadang aku tahu kamu begitu kesusahan tapi kamu tak pernah meminta bantuan kepada yang lainnya, kamu tak pernah mengeluh sedikitpun, aku yang mengetahuinya suatu hari berkunjung kerumahmu yang mungil dan waktu itu kutemukan kamu menggoreng satu butir telur yang dicampur terigu agar bisa dibagi 6 bagian untuk anak-anakmu dan istrimu. Aku menangis saat itu, aku tak tahu kamu begitu kesusahan dan kamu bahkan tak mendapat bagian. Sejak saat itu aku berjanji pada diriku sendiri kalau aku akan berusaha untuk membantu semampu aku. Sejak saat itu, aku sering meluangkan waktuku bersamamu, melewati malam-malam bersama dengan duduk di atas bale-bale depan rumahmu, bercerita, mengajarkan tentang alam semesta, namun aku tahu kamu tak ada tempat untuk tidur karena istri dan anak-anakmu kamu utamakan mendapat tempat tidur, aku menemanimu, aku merasakan kesusahanmu, aku mengagumimu dan satu per satu datang beberapa orang mendengarkanmu, menemani kita, merasa sehati dengan kita, melewati banyak malam bersama, saring bertukar pengalaman dan pelajaran, dari situ kita menemukan makna sesungguhnya hidup.
Aki berhati Mas,
Ya, itulah kamu sekarang, Kakakku yang berhati emas, bukan sekedar mas-mas seperti kebanyakan, ketika seseorang tiba-tiba menyebutmu Aki-Aki, akupun terkejut, mereka begitu mengagumimu, nasehat-nasehat yang kamu berikan kepada mereka membuat hidup mereka lebih tenang, begitupula aku ketika bersamamu, entah apa yang kamu lakukan, ketika bersamamu, hatikupun terasa tenang, mungkin kesusahanku tak seberapa dibanding dirimu namun kamu selalu tampak tenang dan tersenyum dengan kesusahan, bagimu kesusahan yang kamu hadapi adalah wujud kasih sayang Tuhan untukmu, agar kamu selalu ingat dan yakin bahwa Tuhan masih mencintaimu. Aku bersyukur Tuhan memberikan seorang kakak yang begitu mengajariku banyak hal, memberikan seorang guru yang terus menerus menasehati aku untuk berhati-hati melangkah dalam kehidupan, seorang manusia yang tak pernah meminta untuk dirinya dan berkorban untuk orang lain.
Aku berterima kasih dan aku minta maaf bila aku belum bisa memberi apa-apa untukmu sebagai wujud terima kasihku namun aku akan terus berusaha menjadi seperti dirimu yang sekarang ini.
Dari adikmu yang selalu menyayangimu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar