Minggu, 16 Januari 2011

Dear, yang tak tergapai..

Dear yang tak tergapai..
Malam ini kutuliskan surat yang pasti tak akan pernah sampai..
Kalimat-kalimat yang kutata penuh makna ini kupastikan tak akan tertangkap oleh indera penglihatanmu.. Bahkan kamu tak akan pernah menyadari surat ini pernah ada, aku buat khusus untukmu..

Dear yang tak tergapai..
Surat ini adalah balasan dari surat ucapan selamat ulang tahun yang pernah kamu kirimkan di usiaku yang ke-21. Surat itu hingga kini masih kusimpan, rapi, kujadikan pembatas halaman pada buku yang kamu hadiahkan.

Dear yang tak tergapai..
Belum sempat kita bertukar kata berdua sambil bertatap mata dan bertemu muka, seperti yang sebelumnya coba kita jadwalkan namun selalu saja gagal. Lagi-lagi kita hanya bisa saling mengagumi dan bersenda gurau lewat social networking atau lewat fasilitas chatting.
Alam semesta dan Tuhan belum merestui, pikirku pada saat itu. Hingga akhirnya, hatiku menautkan jangkar kasih pada hati yang lain, dan bukan pada hatimu. Lalu, kamu kemudian menghilang. Tidak ada komunikasi atau basa-basi kerjaan yang biasanya hadir di folder surat masuk pada aplikasi surat elektronikku. Kamu benar-benar pergi. Aku memang sedikit kehilangan, tapi aku bisa mengerti alasan yang kamu pikirkan. Ya, aku tahu itu tanpa kamu beritahu. Hebat bukan? :)

Dear yang tak tergapai..
Sama sekali tidak pernah kusesali dengan konsekuensi yang kujalani, senang dan sedih karena pilihan sang hati. Telah aku ikhlaskan, kebersamaan kita hanya sebatas teman bukan sebagai pasangan yang penuh roman. Aku tahu, kamu dan aku akan sama-sama berbahagia walaupun tidak saling bersama.

Dear yang tak tergapai..
Sejujurnya aku sangat terkejut, ketika lama tak bertukar kabar, tiba-tiba datang darimu undangan pernikahan dalam bentuk pesan singkat di selulerku. Sedih? Mungkin. Patah hati? Aku sendiri belum yakin.
Perasaanku campur aduk!
Entah mengapa.. Apa mungkin karena sesungguhnya aku masih menyimpan asa, kita dapat lagi berjumpa dan mengikrarkan perasaan yang pernah kita punya, untuk bersama-sama.
Tapi sungguh, perasaan itu terkalahkan oleh rasa penasaran untuk melihatmu bersanding di pelaminan..

Dear yang tak tergapai..
Akhirnya kulihat kamu di pelaminan. Tatap matamu masih saja sama seperti dulu. Sayu namun memancarkan kehangatan yang dapat mencairkan kata-kata yang beku. Wajahmu tak kalah terkejut saat matamu menangkap mataku, tepat di depanmu. Mengulurkan tangan sembari melantunkan ucapan selamat pernikahan dan doa kebahagiaan. Kamu pun membalasnya dengan sebuah senyuman dan eratnya jabatan tangan. Seolah berkata, “aku berharap kamu berbahagia juga”

Dear yang tak tergapai..
Di akhir surat ini, aku lepaskan seluruh harapan yang sempat tersimpan, bahwa pada suatu masa akan ada cerita cinta atas nama kita. Semoga kamu dan keluarga barumu senantiasa berbahagia.


Tertanda,

Yang telah berhenti untuk menggapaimu.

*sebuah titipan dari miss hectic untuk si tukang lembur*



---Oleh:


(diambil dari: www.berceloteh.tumblr.com )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar