Rabu, 19 Januari 2011

Kepada Bulikku

Untuk seorang wanita dewasa, di timur Jawa.

Pertama, bolehkah aku titip cium untuk Bebemu tercinta? Anak kecil, adalah salah satu yang membuatku mudah jatuh cinta pada pandangan pertama.Seperti halnya aku kepada kamu. Bukan pada wajah madu yang kau milikki, tapi keramahan hati yang kau punya.

Bulik, mungkin surat ini bukan surat cinta. Aku lebih senang menyebutnya surat sayang. Karena memang itu yang aku rasa kepadamu. Cukup sederhana, sesederhana bagaimana Tuhan menulis namamu di lembar hidupku. Semudah Ia membuat rasa bahagia di hatiku karena telah mengenalmu.

Kalau boleh kumengenang waktu, dulu aku hanya sekadar mengikuti harimu dalam dunia tak kasat mata. Dunia yang telah membuat satu keluarga yang aku tak rela kehilangannya. Keluarga besar yang penuh cinta. Tak hanya maya,tapi juga dalam nyata.

Mungkin mulanya hanya sekadar canda. Kelakar sederhana untuk menghidupi tawa, memberikan nyawa pada bahagia. Mungkin pula leluconku berlebihan, yang membuatmu pernah mengenal resah diantara aku dan perasaanku.

‘Benar-benarkah aku mencintaimu? Benarkah aku Oedipus Complex?’ Ups, maaf kalau kalimat itu membuatmu tersinggung. Bagiku kau dewasa, bukan tidak muda. Meski cantikmu jua tak mampu dibungkam usia.

Tidak, aku tidak mencintaimu. Tapi aku menyayangimu, seperti yang sudah kukatakan sebelumnya. Dan buanglah jauh ke angkasa semua resah. Karena aku, pemudamu, memiliki cinta istimewa untuk seorang wanita di luar sana. Tersenyumlah, wanita itu memiliki hati yang sama ramah dengan milikmu. Pribadi sederhana serupa aku menyayangimu.

Bulik, di sini aku tak menulis fiksi. Aku lebih senang menulis sebuah ketulusan rasa dari hati.


Semoga harimu terus bahagia, bersama orang-orang yang kau cinta.

Dari aku, pemudamu.


(dikirim oleh @rigeladitya di http://www.rigeladitya.co.cc/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar