Senin, 17 Januari 2011

Kepada Hujan

ya, ini untukmu hujan

Aku menulis sambil menatapmu, melihat bagaimana kau dari rintik, gerimis lalu berakhir deras seperti saat ini. Asal kau tau, aku ini pemujamu, sejak kapan itu yang tak aku tau. Entah bagaimana aku begitu mencintaimu, sungguh aku ingin setiap hari bisa melihatmu, menikmati basah dari derasmu.

Meskipun begitu, kadang aku ingin menghardikmu pergi saat aku harus melaju sendiri menyelesaikan tugasku. Aku malas terkena basah lalu menghadapi ujian, aku kedinginan. Namun, rasa cintaku padamu jauh melebihi itu. Hingga aku tetap saja menerima seluruh hadirmu.

Hujan, kau ini mampu menggiring imajiku. Kadang melayang hingga masa depan, meski sering menggelayut mengajak bermanja pada lingkarang waktu masa lalu. Apakah kau tau? Kau adalah pencipta inspirasi terhebat yang pernah kutemui. Beruntung bagiku bisa menikmati cipta semesta yang begitu indah.

Oh ya, aku punya rencana yang mungkin sedikit butuh bantuanmu. Nanti saat aku menikah, aku mau kau hadir di malam aku menyematkan cincin di jari manis mempelaiku, biar terasa lebih romantis. Jangan saat senja dimana aku mengucap janji di altar, karena aku juga mau jingganya jadi saksi janji cintaku. Kau datang saat malam saja ya, mau kan?

Ehmmm..mungkin berjuta terima kasih masih kurang bila harus kuucapkan kepadamu atas berjuta-juta tetesan air yang pernah dan sering tenangkan resah dan sendiriku. Mungkin pula sampai nanti aku mati, kau yang akan jadi teman sejati. Aku akan selalu menanti dan mencintai derasmu, takkan kuingkari itu.

dari,

pecintamu yang masih sendiri.



--- Oleh : dzdiazz


(diambil dari : http://dzdiazz.blogdetik.com/)

2 komentar:

  1. Aku juga suka hujan.
    numpang post di blogku yah.
    boleh nggak?

    BalasHapus
  2. memandangi gerimis yang menghipnotis sekujur ketidakberdayaan ku pada kelembutannya yang tegas, menukik menghujam perut bumi seketika.

    Ah... ingin rasanya menjadi butir air yang menghujam dengan penuh emosi dan hasrat yang mengekang.

    rinduku mengalir lewat sajak, yang membanjiri buku-buku, dan ukiran dari bambu. pada gerimis aku selalu mengadu.

    BalasHapus