Rabu, 26 Januari 2011

Semua Yang Basah Akan Kembali Mengering


Untuk

Orang kecil di bawah kelip bintang

@diozaurus


Halo Diyos,

Apa kabar hari ini? Mudahmudahan udah lebih baik yah setelah serangan badai di senin lalu hahaha kesannya.

Akhirnya aku jadi juga nulis surat buat kamu. Kepikiran ajah setelah denger cerita kamu kemarin. Thanks loh udah berani cerita ke aku padahal kita ketemuan ajah belum yah hihihihihi tapi katanya emang orang Sagitarius sama Leo itu secara prinsip cocok. Jadi kalau keduanya ketemu yang ada malah memblending ide. Bisa jadi bener sih, setidaknya dari percakapanpercakapan kita beberapa hari ini.

Kita baru kenal beberapa hari ini sih. Tapi sebenernya, aku udah sering liat kamu bersliweran juga di twitter. Sempet ada yang nunjukkin profil kamu juga ke aku sih, tapi rahasia hehehehe. Tapi, aku baru tertarik follow kamu belakangan ini. Abis foto kamu kayak ABG gitu, kan males rasanya, masa temenan sama brondong. Baru setelah iseng masuk blog kamu, jadi tertarik follow. Seru juga tulisantulisan kamu. walaupun sebenernya yang paling aku suka dari blog kamu adalah kolam ikan itu nyahahaha...

Setelah baca blog dan ngobrolngobrol beberapa kali, ternyata kita punya ketertarikan yang sama. Pertama, samasama suka hujan. Kedua, samasama deket sama ibu. Ketiga, samasama pengen pindah ke Bandung. Terus aku kaget banget sebenernya tahu bahwa kamu udah 30 tahun. Seperti yang aku bilang, foto kamu di twitter itu kayak anak 19 tahun.

Aku suka baca tulisantulisanmu yang isinya semacam introspeksi. Itu kamu banget. Serius tapi berusaha buat lentur. Kadangkadang gokil kayak cerita si Mimot itu. Tapi tetep yang paling aku suka yang Rythm of the Rain dong. Itu jujur dan gokil. Tapi bukan gokil ngakak semacam srimulat sih. Gokil yang aku rasa cuma para pencinta hujan ajah yang tahu. Jadi ngikiknya dalem hati. Gimana yah...? aku juga bingung masaaa...

Puisi kamu juga menurutku asik, bahasanya to the point. Kamu nggak berusaha jadi orang yang mendayudayu di puisi kamu, tapi kerasa banget feel yang mau kamu sampein. Aku sih ngerasanya gitu. Ih, kok malah jadi guru pelajaran menulis sih aku yah...padahal aku tulis surat ini Cuma mau kasih foto ini doang lo Diyos...



Itu foto, diambil dari kamera Blackberry Javelinku yang baru ajah hilang. Lupa sih bulan apa. Yang jelas itu lagi di Museum Mandiri - Kota. Waktu ngambil foto itu, aku lagi semelomelonya Barry Manilow. Bukan soal cinta, tapi soal karir. Waktu itu, aku juga lagi merasakan hidup yang nggak pasti banget. Di sisi lain, aku udah telanjur nyebur sama pilihanku buat kerja freelance. Menurutku sih rasa downnya itu melebihi rasa patah hati sepanjang sejarah hidupku. Aku bingung mau cerita ke siapa. Biasanya aku cerita ke sahabatku, tapi entah pada saat itu aku ngerasa di dunia ini lagi nggak ada yang ngerti aku.

Nah kalau lagi sedih gitu biasanya hujan sedikit bikin tenang sih. Hujan mendramatisir keadaan sih, tapi dengan cara yang sangat halus. Bikin air mata lebih cepet keluar. Biasanya kalau air mata udah keluar, perasaan akan lebih lega. Kita jadi ngerasa lebih baik.

Aku rasa Tuhan memang menciptakan air mata untuk ngelepas beban yang udah nggak kuat kita pendam deh. Dan tentu ada alesan kenapa beban dikeluarkan dalam bentuk air. Pertama, hidup kita bergantung sekali pada air, kita bisa mati tanpa air bukan? Kedua, air bisa keluar dari lubang sesempit apapun. Ketiga, kalaupun tidak ada lubang, air akan menguap pelanpelan hingga tiada. Jadi, pada saatnya semua yang basah akan kembali mengering. Air hujan, air mata, dan airair yang lain mengajarkan kita bahwa masalah seperti halnya air, lambat laun ada cara yang membuatnya lenyap. Itu pasti.

Duh, kok jadi serius gini yah suratnya. Beneran kayak sedang kuliah. Intinya Diyos, aku pengen kamu nggak terlalu berfokus pada hal yang sekarang lagi bikin kamu pusing. Everything is gonna be oke. Kita memang harus punya harapan terus, tapi inget bahwa setiap harapan punya konsekuensi kekecewaan.

Segitu dulu kali yah suratnya. Mesramesraanya kalau ketemu ajah #dibantingDiyos


dari teman pencinta hujan,

Em – si pengintai bintang


(dikirim oleh @omemdisini di www.penyairduamusim.blogspot.com)


1 komentar: