Jumat, 14 Januari 2011

Sepucuk Surat di Atas Meja

Aku tau seberapa siang kau terbangun sayang. Ini surat pertama yang aku buat, sedikit tergesa memang aku menulisnya. Bahkan aku hampir tak tau harus menulis apa atau bagaimana menyampaikan perasaanku kedalam barisan aksara. Kali ini aku biarkan jemariku bercerita.

Janjiku, aku tak akan hilang atau setidaknya menjaga hubungan denganmu. Iya, tanpa masa lalu, kau tak perlu mengingatkan. Kekhawatiranmu tak beralasan sayang, karna aku memang untuk masa depan, untukmu, bukan pemuja masa lalu seperti sebelumnya.

Aku tak suka kata perpisahan, maaf aku tak membangunkan. Aku tak mau kau melihat punggungku yang tak lagi bersayap ketika meninggalkanmu. Sayapku tertinggal bersamaku wahai bidadariku.

Ketika surat ini kau baca, mungkin aku sudah berada di bandara. Tak perlu menelponku, aku ingin mendengar suaramu pertama kali di tempat tujuanku. Maaf kertas ini sedikit basah dibagian akhir, beruntung kau tak melihat air mataku terjun bebas melintasi pipi yang biasa kau kecup mesra ketika terbangun. Melihatmu dengan wajah lugu ketika tertidur pulas membuatku tak tahan meniunggalkanmu, tapi ini cita-citaku. Cita-cita untuk bisa hidup bersamamu, bahagia kuharap.

Sampai jumpa sayang. Kecup rindu, kekasihmu.

Aulia.

Nb: Surat ini bau tubuhku yang biasa kau cium setiap pagi.

----

(diambil dari www.auliasoemitro.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar