Kamis, 20 Januari 2011

Surat Bagi Sang Kata

Dariku, perancang kata amatir yang belum bisa membedakan antara kata KAMU dan SEGALANYA.


Untukmu, kata. Kata yang..ahh sudahlah..


Aku tidak pernah berpikir bahwa kamu (kata) adalah duniaku.


Aku tidak pernah merasa bahwa kata adalah bagian hidupku.


Aku, selintaspun tak pernah berharap kata kan jadi masa depanku.


Hai Yang Mulia Kata, sudikah kau mengambil aku menjadi perangkai maknamu?


Sudikah kau mampir ke otakku lalu perlahan turun ke hatiku?


Sudikah kau melekat denganku seperti saat kau melekat pada Shakespeare?


Kata, sudahkah kau melayang ke pikiran seseorang hari ini? Sudahkah kau terbersit di pikiran seseorang?


Boleh aku bertanya?


Mengapa kau biarkan kak Zarry menenunmu jadi emas yang bisa menyentuh hatiku?


Mengapa kau biarkan kak Rahne pergi mandi, lari-lari kecil, pun setengah terlelap sambil terus merangkaimu?


Mengapa kau biarkan kak Eka dan kak Twelvi mendzolimimu, merangsang otakku, alih-alih membuat rangkaian dirimu tanpa embel-embel ukuran BH, nungging dan segala jenis dirimu yang menunjukkan betapa kinky dan galaunya mereka. :-| Ya mereka adalah orang seperti itu. Bisa kinky bisa galau. Perpaduan yang aneh. :-|


Mengapa kau biarkan SihirHujan dan RacauanHujan menyihirku, meracaui hidupku, mengobrak abrik hatiku dengan menggunakan rangkaian dirimu?


Mengapa kau biarkan kang Wandy menggalau dengan rangkaianmu tanpa lihat waktu dan tempat?


Tapi, mengapa aku tidak kau biarkan sekalipun?


Dulu aku bertanya-tanya, namun kini aku mengerti karena kau telah membisiki aku, membisiki hatiku.


Kak Zarry mencintai kata sehingga tiap kata yang dilontarkannya dapat menjadi sesuatu yang hidup. Sesuatu yang menelusup ke hatiku dan melahirkan kata yang baru. Dan kali ini, menjadi kataku.


Kak Rahne mencintai kata dengan sederhana sehingga tak dibutuhkan kata yang terlalu tinggi untuk merangkai setiap jalinan indahnya. Sudah indah bahkan tanpa komentarmu sekalipun.


Kak Eka, yang mencintai Pak Otto, mencintai kata karena dengannyalah Ia bisa berkangen rindu dengan Pak Otto. Karena dengannyalah ia bisa menggambarkan kerinduan tingkat tingginya pada salah satu dari dua makhluk yang berjasa menghadirkannya di dunia ini.


Kak Twelvi, yang selalu punya teori untuk cinta, yang selalu galau karena cinta, yang selalu punya cinta untuk diberi, yang akhir-akhir ini baru kehilangan ‘Opung’ yang dicintainya, membutuhkan kata-kata untuk dicintai. Karena lagi-lagi, kata adalah bentuk ungkapan rindu cinta yang terbesar dan terindah.


Kak SihirHujan yang Aku-Tak-Pernah-Tahu-Namanya dan RacauanHujan yang Aku-Juga-Tak-Tahu-Namanya memiliki kesamaan. Mereka mencintai kata karena satu-satunya yang tepat menggambarkan kecintaan mereka pada hujan adalah kata.


Kang Wandy? Jangan ditanya. Dia mencintai kata, aku juga. Karena itulah kami jadi seperti ini sekarang. Kami kakak adik yang tak sedarah namun sekata.


Aku berharap kakak-kakak sekalian memandang kata dengan cara yang berbeda dariku namun tetap dengan satu tujuan. Yaitu hasil buah pikiran kita.


Terimakasih kata, karena bila kami mengenal satu sama lain itu karenamu. :)


Salam  manis dari aku, gadis perawan kinky yang masih suci belum ternoda dan tak mengalami gangguan jiwa sedikitpun. ;)


Ciao.


:)


(dikirim oleh @kasihelia di http://kasihelia.tumblr.com/post/2843260607/surat-bagi-sang-kata-20-january-2011)

1 komentar: