Rabu, 19 Januari 2011

Surat Dari Surga

Selamat sore Bidadari,

Jantungku seakan melompat dari dadaku ketika aku membaca surat darimu kemarin. Aku tidak percaya dirimu akan membalas surat sederhanaku. Aku begitu bahagia dan tahukah dirimu? Aku tidak bisa berhenti tersenyum setelah membaca suratmu.

Kau membuatku malu dengan menyebutku berhati emas. Hatiku sama seperti milikmu, berwarna merah muda, atau malah sekarang sudah menjadi hitam karena kebiasaanku yang mengumpat dan membenci orang-orang yang membuatku menjadi seperti ini.

Percayalah Bidadariku, hatiku itu tak berharga seperti layaknya emas. Telah banyak orang yang tega melukai hatiku hingga ia rusak dan pecah berhamburan tak tersisa. Aku nyaris tidak bisa mencintai seseorang lagi, hingga aku melihat dirimu.

Terima kasih atas undangan berkunjung ke rumahmu. Aku ingin sekali bisa bertemu langsung denganmu. Aku sangat mengharapkan hal itu suatu saat bisa terjadi. Hanya tidak bisa dalam waktu dekat.

Tubuhku terserang penyakit yang tidak bisa didiagnosa oleh dokter biasa. Aku tergantung oleh semua alat pengobatan yang berada di sekitar tubuhku. Aku bersyukur masih boleh dirawat di rumah, bukan di rumah sakit. Aku ingin sekali bangkit dari tempat tidur pesakitan ini dan melihatmu langsung.

Sungguh, aku mulai merindukan dirimu saat ini. Mungkin aku terlalu banyak berharap bidadari seperti dirimu mau merindukan diriku yang hina ini. Tapi terima kasih banyak telah mau membalas suratku kemarin dan menghiburku dengan kata-kata indahmu.

Terima kasih untuk kakak sang Bidadari yang mau membacakan suratku ini kepada bidadariku. Aku yakin bidadariku ini beruntung tidak harus melihat kesedihan didunia ini, karena aku tidak akan rela melihatnya menangis karena dunia.

Terima kasih atas segalanya, Bidadariku

Tertanda

Arfian


-----

(dikirim oleh @TanteHijau di http://zadikalexander.tumblr.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar