Sabtu, 15 Januari 2011

Surat Untuk Surga

Jakarta, 16 Januari 2011


Selamat siang para Malaikat..

Perkenalkan nama saya Eka Otto, putri dari Pak Otto Koestari Djayawisastra

Pasti kalian kenal ayah saya kan?

Bagaimana kabar dia?

Dia makan cukup? Apakah kebiasaannya tidur larut masih dilakoni?

Ah.. lagi-lagi pesanku tersirat kerinduanku akan ayah, padahal inti surat ini benar- benar ingin menyapa kalian.


Wahai para Malaikat yang ternbuat dari cahaya, apa kalian pernah jatuh cinta?

Apakah kalian pernah tertidur dan berjalan-jalan di alam mimpi?

Apakah kalian kenal Erros? Si dewa cinta yang sangat usil membuat manusia tergila-gila dengan sesama?


Wahai para Malaikat, apa benar kalian bersayap?

Berwarna putih dan tidak memiliki dosa?

Wahai para Malaikat, bagaimana rasanya menjadi Malaikat?

Pernahkah kalian jatuh cinta pada manusia yang setiap hari kalian temui?

Ya..semacam film Hollywood yang pernah tenar ditahun ‘90an itu.. pernahkah?

Wahai para Malaikat penghuni alam astral yang belum pernah ku sentuh, apa kalian pernah memiliki keinginan untuk mencoba menjadi manusia?

Memiliki keluarga dan keturunan? Dipanggil ayah atau ibu dan memanggil mesra sayang kepada anak-anak kalian?


Wahai para Malaikat, apa kalian benar-benar nyata?

Bolehkah kita sesekali bertatap dan saling bertukar cerita tentang cinta?

Bolehkah kau ajak aku sesekali menemui ayah ku di Surga?

Maaf.. aku banyak bertanya.. aku benar-benar penasaran.


Penasaran tanpa jawaban sungguh membuat kepalaku mau pecah

Dulu ayah sering sekali cerita tentang kalian, Dia bilang kalian ada disekitar kami

Tapi tak sekalipun aku menyadari hal tersebut

Malaikat sayang, siapa yang saat itu bertugas menyabut nyawa ayahku?

Apakah ayah kesakitan pada saat itu?

Aku lihat.. aku disampingnya, dia meneteskan air mata, nafasnya berat, menatap ku dalam-dalam tanpa mengucapkan sepatah kata

Siapa diantara kalian yang begitu keji tak biarkan ayahku mengucapkan dua kalimat syahadat dengan lantang?

Kenapa kalian tidak menunjukan diri kalian dipandang ku?

Kenapa hanya ayah yang bisa merasakan kehadiran kalian?

Kenapa kalian tidak memberikan ku isyarat itu air mata terakhir ayah ku?

Kenapa kalian bersembunyi?

Kenapa wahai Malaikat?


Ah.. lagi-lagi aku melantur, kepalaku penuh dengan berbagai pertanyaan akan Kalian

Bagaimana jika hari ini kita membuat janji?

Entah, nanti aku jatuh ke Surga atau terperangkap di api Neraka, boleh minta satu hal?

Sampaikan pada Tuhan, aku ingin dipertemukan satu kali lagi dengan ayahku

Mau peluk dia sebelum akhirnya aku abadi di alam astral yang tak tersentuh, boleh?


Dan.. bolehkah aku berbincang dengan kalian satu kali saja, sekedar melampiaskan segala macam Tanya yang melulu melintas dikepalaku, tentang apa yang kalian rasakan, siapa kalian dan bagaimana rasanya menjadi Malaikat?


Wahai para Malaikat, maaf, aku lancang dan banyak bertanya dengan penuh emosi di siang hari ini, entah.. apakah Pak Pos ku akan berani mengantar kan surat ini ke Surga.. tapi setidaknya aku lega, mengutarakan pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi kepala ku sejak Ayah pergi


Entahlah.. kapan surat ku akan kalian balas, pinta ku satu.. sampaikan salam pada Malaikat yang nanti mencabut nyawaku, jangan biarkan orang-orang disekitar ku menagis terlalu lama saat melihat kepergian abadiku, boleh?


Wahai para Malaikat, terima kasih sudah menyempatkan diri membaca Suratku

Salam untuk Tuhan, sampaikan padanya, jangan bosan mencintai aku, senakal apapun aku di Dunia.

Salam untuk ayahku, jangan biarkan dia telat makan, maagnya bisa kambuh.. dan…bilang ke ayah, tetap pelihara kumisnya, dia makin tampan dengan kumisnya yang lebat, aku suka.


Wahai para Malaikat… boleh malam ini aku pesan Hujan?

Iya, iya.. aku sadar, aku banyak maunya..

Tapi boleh kan? Wajar kan? Kan aku bukan Malaikat.. nafsu keingin tahukan ku besar, normal kan? Bukan aku saja manusia yang banyak bertanya seperti ini?


Ah baiklah.. aku sudahi saja surat cinta ini. eh.. Surat Cinta? Apa benar ini surat cinta?

Hehehe…entahlah apa nama surat ini, tapi surat ini bukti kalau aku masih mempunyai cinta, entah untuk kalian atau semata untuk memenuhi hasrat cinta ku kepada rasa keingintahuanku.


Sudah makin siang, sudah waktunya Zuhur di bumi yang kupijak, aku permisi dulu, aku sudah berjanji pada ayah akan menjadi kebanggaanNya dan Agama, agar nanti kita bisa bersama lagi di Surga. Amien..


Love,

Si Sayap Patah


---


(diambil dari: www.sisayappatah.tumblr.com )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar