Sabtu, 15 Januari 2011

Tarian hujan

Seharusnya surat ini bisa terkirim empat jam yang lalu.
Saat hujan sedang lebat-lebatnya.
Saat matahari sedang sembunyi-sembunyinya.
Saat aku kehilangan tapak-tapak bayanganmu di ujung jalan sana.

Tapi sayang, empat jam yang lalu aku masih berjibaku di dapur.
Mengepulkan asap masakan hari ini.
Tidak istimewa, hanya tumis wortel-buncis dengan ikan goreng yang lengkap dengan sambal terasinya.
Jangan bayangkan makanannya sekarang!
Kelak, jika kita sudah berbagi atap dalam cinta yang sama,
kau akan menjadi orang pertama yang rutin ku jamu masakan tanganku setiap hari.

Aku janji tidak akan ada MSG, karena aku tak mau kita kehabisan ingatan terlalu cepat.
Tidak akan ada garam berlebih, kau tahu kan? cukup karena cintaku saja jantungmu berdetak terlalu cepat. Bukan karena hipertensi.
Tidak akan ada minyak berlebihan, karena dengan begitu faringitis akan menjauhiku.
Dan tidak akan ada junkfood berlebih. Selain tidak terlalu sehat, aku tidak mau lidahmu lebih terbiasa cita rasa resto dibanding masakanku sendiri.
Toh mulai sekarang pun aku suka bereksperimen dengan masakan resto kok.

Sebut saja pancake atau steak.
Dua makanan ini jadi makanan favorit yang sering aku uji coba di dapur.
Walaupun akhirnya terkadang terlalu manis, atau terlalu matang.
Tapi tenang saja, akan ku pastikan, di saat kau semakin dekat menujuku, semakin mahir pula aku menguasai keduanya.

Oh ya, sudah ku katakan belum jika hari ini aku bahagia?
Berbahagia untuk mengetahuimu masih berada di kota yang sama.
Kita masih berbagi matahari dan hujan yang sama.
Hujan tadi pagi yang lebat.
Yang sayangnya tidak cukup lebat untuk menghapus rindu.
Kau tahu kan?
Akan selalu ada rindu yang tersimpan dalam tiap tetes hujan.
Rindu untuk melihat matahari.
Karena hanya dengan sinarnya, membuat bayanganmu nyata


Aku,
Dewi Srikandi, yang selalu suka memperhatikanmu diam-diam.




PS: Ah Arjuna, maaf jika suratku tidak panjang. Aku sedang terburu-buru sekarang. Mau mengusir kucing betina hamil yang sering sekali masuk rumah lewat atap. Bukan aku benci kucing, kau tahu kan mereka makhluk manis? Hanya saja aku kelewat khawatir jika waktu kelahirannya ada di rumah ini. Aku sungguh tak kuasa melihat bayi-bayi kucing baru lahir. Ah aku harus buru-buru sekarang. Oh Tidak! Dia mulai naik ke atas meja makanku! Semoga harimu menyenangkan!

----

Tidak ada komentar:

Posting Komentar