Sabtu, 15 Januari 2011

Untuk Kamu

Pagi ini saya terbangun dengan rasa lelah. Dalam tidur yang jumlah jamnya terasa belum cukup, mimpi saya memutarkan begitu banyak frame cerita di masa lalu. Bukan, bukan tentang kamu. Eh, ralat. Ada kamu di beberapa frame, tapi bukan kamu benang merahnya.

Benang merahnya adalah jalinan cerita satu demi satu, kait mengait. Setahun terakhir, saya sudah beberapa kali bermimpi seperti ini, dan selalu setelah terbangun, ada satu hal yang lalu terpikirkan.

Saya selalu memikirkan kenapa saya memutuskan kembali ke Jakarta, setelah satu tahun perjalanan penugasan saya. Padahal saya memiliki beberapa kemungkinan untuk menetap di sana. Banyak orang, termasuk diri saya sendiri, berpikir bahwa saya takkan pernah kembali.

Termasuk kamu. Kamu yang bilang bahwa kamu 'kind of broken-hearted' ketika kamu tak sengaja mengetahui bahwa saya terpisah jarak sekian ribu kilometer jauhnya darimu. Saya memang tak teringat memberitahumu tentang kepergian saya, karena waktu itu, tak ada apa-apa diantara kita, kan ? Justru saat itu kamu sedang bersamanya, dia yang entah mengapa sangat membenci saya, walaupun sekian tahun mengenalmu dekat, tak pernah ada hubungan istimewa diantara kita.

Tapi akhirnya, secara tak sengaja kamu tahu juga. Ketika saya mengirimimu SMS di hari ulang tahunmu dari no HP internasional saya. Saya tak habis pikir ketika kamu bilang kamu patah hati memikirkan saya yang berjarak sedemikian jauh dan rasanya takkan kembali.

Saya selalu tersenyum kalau mengingat cerita itu.

Ingatkah kamu bahwa hampir sepuluh tahun yang lalu, kita pernah lebih dari satu tahun begitu dekat, baik secara jarak fisik maupun emosional, tapi lalu berhenti disana, tanpa pernah ada sesuatu yang istimewa ?

Ingatkah kamu bahwa sekian tahun lamanya, kita pernah begitu berdekatan secara jarak, namun hati kita terpisah jauh, sejauh-jauhnya, karena kamu bersamanya ?

Saya sungguh tak menemukan alasan kenapa kamu harus patah hati. Adakah jarak bermakna, ketika hati telah memilih ?

Yah, anyway.. akhirnya saya memutuskan kembali ke Jakarta. Lalu beberapa bulan kemudian, jalan hidup mempertemukan kita kembali setelah sekian lama. Kali itu ternyata menghadirkan kisah yang istimewa. Teramat istimewa, setidaknya bagi saya.

Di suatu hari hampir setahun yang lalu, kita pernah bertukar cerita. Lalu muncul sebuah kesimpulan, yang ternyata terlalu tergesa.

Saya bilang, mungkin Tuhan menginginkan saya kembali untukmu. Kamu bilang, bisa jadi, karena kamu memang berharap begitu. Saya tak tahu, apakah kamu serius, bercanda atau hanya mencoba menyenangkan hati saya.

Sekarang kita tahu, kan ? Kesimpulan itu seribu persen salah. Hari ini saya berusaha memikirkan alasan yang sebenarnya, tapi belum berhasil. Saya akhirnya berhenti pada kesimpulan, saya belum tahu alasannya, atau mungkin saya takkan pernah tahu.

Yang saya tahu pasti, rasanya tak berkaitan denganmu. Kamu hanya intermezzo, mimpi sekejap mata - yang walaupun sedemikian indah, hanya mimpi yang tak nyata.

Hari ini, saya masih juga menyayangimu. Setidaknya saya sudah mulai bisa tersenyum dan bukan menangis mengingat cerita lalu.


---


(diambil dari: http://emiralda.posterous.com/ )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar