Minggu, 16 Januari 2011

Untukmu yang Penuh Cinta

Hey sinta, apa kabar? Aku kangen sama kamu, kangen sama cintamu. Sudah lama tak ke Pasar Gerlong, ckckck.

***

Kegiatan rutin saya di pagi hari adalah nongkrong di tukang bubur, bukan untuk jualan bubur ohoh tidak! Tapi untuk jajan membeli bubur, berbagi rezeki sama si mamang yang jual bubur depan pasar Gerlong ^_^.

Hari ini hari Senin, damn! I hate Monday, aarrrrgh, begitulah kalimat yang selalu terlintas dalam benak setiap hari Senin datang, walaupun saya coba untuk tidak mengatakannya karena teman saya pernah bilang ‘ What you think, what you get’. Ah makanya saya berusaha untuk menghapus kalimat negaif itu jauh-jauh tapi sulit.

Sampai akhirnya saya bertemu dengan gadis manis bernama Sinta, anak kecil itu baru berumur 6 tahun. Energik, unik, pintar bicara, baik hati dan tentunya special, Sinta seorang anak berkebutuhan khusus. Sebetulnya bukan kali pertama pertemuan dengan Sinta, hanya saja baru kali ini kami ngobrol dekat.

Sambil menyantap bubur ayam yang hmmm rasanya mantap dengan uap yang masih mengepul di pagi hari dan keramaian pasar yang khas. Sinta menghampiri saya dan langsung melontarkan pertanyaan-pertanyaan sederhana namun sebetulnya sulit untuk dijawab. Ah, anak ini pintar sekali, mana bisa orang-orang menyebutnya idiot, tidak! Dia tidak idiot, hanya saja berkebutuhan khusus.

‘Mbak lapar ya makanya beli bubur’ sapanya langsung. Saya pun menjawabnya ‘ iya sayang’.

‘Mbak, kelas berapa?’. Belum sempat saya jawab tapi dia sudah menimpalnya dengan ceritanya, baiklah saya pun menyimaknya dengan serius.

‘Mbak, pasti udah kelas 6 SD’. (Aaarrrrgh apa yang ada di benak anak ini, mentang-mentang badan saya imut jadi dibilang anak SD, baiklah kamu cerdas sinta!)

‘Mbak, saya mau sekolah lho (sambil ngelap ingus), tapi belum pernah masuk TK saya pengen sekolah lho, eh mbak punya mama? Mama saya udah meninggal, kita cuman tinggal bertiga sama bapak sama kakak. Mbak makan buburnya pelan-pelan ya, jangan lupa berdoa’.

‘Begini doanya, Bismika allohuma ahya wa bismika amut’ . (lho, *keselek).

‘Sinta sayang itu doa mau bobo’ tukasku.

‘Oh ya, begini ya mbak, allhumma bariklana fimma rojaktana wakina adza bannar’.

heuheu anak ini pintar, punya adab yang baik, ayahnya yang selama ini mengajarkannya.

Dia terus bicara tanpa henti menceritakan apa yang ada dalam benaknya, sesekali dia menasihati orang-orang yang lewat di depan, “Hati-hati kakek jalannya pelan-pelan ya nanti jatuh”.

Dan, yang paling ekstreem, dia memamnggil ibu-ibu tak dikenal sambil teriak, “ ibu, nanti lebaran haji mudik gak?”. Tapi ibu-ibu itu tak mengindahkan pertanyaan Sinta tadi, mungkin karena menganggap anak ini aneh.

Kemudian tak lama, Pak polisi lewat, dan benar tebakanku, dia memanggil Pak Polisi dan teriak : “Bapak, kenapa gak pernah nolong saya, padahal kepala saya suka ada yang mukul, padahal kan saya Cuma ingin ngobrol aja ma dia”. Lagi-lagi Pak Polisi pun tak memperdulikan teriakan Sinta.

Hmmm, malangnya Sinta rupanya ada saja orang tak suka dan merasa terganggu sama sikapnya. Hingga terkadang, ada saja orang yang tega memukulnya.

Hey Sinta, kamu tidak idiot ataupun bodoh, kamu sungguh luar biasa, saya merasa tertampar, begitu luhurnya nilai moral kamu miliki, harusnya mereka malu sama kamu.

Kamu begitu tahu cara menunjukan cinta bagi sesamamu.

Untukmu yang penuh cinta, Sinta.



---oleh: @


(diambil dari: www.desitahana.wordpress.com )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar