Sabtu, 22 Januari 2011

Aku Lebih Nyaman Menyebutmu Begitu

Dear mantan,
Bagaimana kabarmu tanpa aku?apakah kau baik-baik saja?
Maaf, jika diawal surat kutegaskan kata ‘mantan’. Aku lebih nyaman menyebutmu begitu. Mengingatkanku untuk tetap berpijak di bumi, mengingatkanku bahwa kau adalah bagian dari masa laluku bukan masa depan.
Mantan, Bagaimana hari-harimu tanpaku?
Lama kita tidak saling bertukar kabar, aku yang dulu memintamu berhenti mengirim kabar.
Melalui surat ini aku ingin sedikit bercerita, bercerita mengenai hari-hari yang kulalui tanpamu, hari setelah hari itu. Aku hancur.
Ya, aku tau aku tidak sendiri, aku juga bukan satu-satunya orang yang merasakan kehilangan di dunia ini.
Tapi tepat setelah hari itu, hari dimana aku sadar tidak akan ada lagi kata “kita” di hari esok, aku merasakan masa depanku seketika mengabur. Aku hilang arah.
Mantan, bahagiakah kau tanpaku?
Sempat aku merasa tidak mampu lagi mencipta bahagia untuk diriku sendiri setelah kepergianmu. Aku lupa rasanya bahagia, aku lupa cara tertawa, yang aku ingat hanya cara menangis tanpa suara.
Mantan, berapa lama waktu yang kau butuhkan untuk menghapusku?
Ada kah sampai detik kau membaca surat ini kau masih menyimpanku, membiarkanku duduk manis disana, dihatimu.
Jujur, aku benar-benar tak dapat menemukan cara untuk menghapusmu, kau terlalu berarti. Maka kubiarkan saja hatiku mencinta semaunya, kupelajari cara bersabar, aku belajar menunggu. Hingga sang waktu lah yang perlahan menghapusmu untukku.
Mantan, Pertanyaan terakhir dalam suratku, sudahkah kau temukan seseorang yang mencintaimu lebih dari aku?
Dulu kau pergi karna itu, mencari yang lebih baik katamu. Lebih baik dalam mencintaimu. Aku mendoakanmu, meskipun aku sangat percaya diri bahwa akulah orang yang paling mencintaimu setelah ibumu.
Aku menunggumu, menantimu kembali dari pencarian itu. Sempat…
Mantan, sampai disini dulu suratku. seseorang sedang menungguku. Ya, kusebut ini surat cinta. Surat “mengakhiri” cinta.
Karna aku telah menemukan cinta yang baru. Sedari tadi ia disampingku, melihatku menulis bait perbait kata yang kutuliskan untukmu. Dan saat Ia melihatku menuliskan bait terakhir ini, ia tersenyum..
Penantiannya usai, begitu pula penantianku..

Ps: aku ambil kembali hatiku yang sempat tertinggal, aku pergi :)

(dikirim oleh @yandiandian di http://auliaandhika.tumblr.com/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar