Senin, 24 Januari 2011

Cerita

Kepada
@deelestari

Selamat malam,

Sejujurnya saya lebih menikmati kata-kata yang kau tulis daripada saat kau melantunkannya dalam untaian nada. Tapi makna yang kau senandungkan dalam lagu Peluk membuat hati saya teriris karena teringat tentang pergumulan ego dengan yang terkasih.

Skandal Diva dan Margono-Sang Guru Besar salah satu universitas ternama di ibu kota yang kau ceritakan membuat saya selalu menanti apalagi yang akan kau ceritakan.

Kemudian saya tertampar dengan cerita kue kuning dan surat yang tak pernah sampai. Sepertinya kau bisa menebak dengan mudah kenyataan hidup yang orang-orang alami termasuk saya.
Saya menikmati ceritamu dengan segelas kopi hitam tanpa gula atau terkadang sambil merebahkan kepala di kasur. Tapi yang kau ceritakan bukan dongeng sebelum tidur.

Saya mulai bertanya apakah kau akan memberikan aku kejutan ? Yah tentu saja, kau bercerita tentang kisah lelaki autis dengan nyanyian merdu. Saya terbuai dan ingin menggenapkan refleksiku hingga tercipta suatu Rectoverso.

Kau senang ketika saya gembira dan tenggelam dalam ceritamu, maka kau hadiahkan saya sebuah perahu kertas pengantar pesan yang dihanyutkan diatas riak sungai kecil ditemani awan yang berarak.

Maka pemikiran apalagi dari kau yang tidak bisa saya nikmati karena semua cerita terangkum dalam buku-buku. Semua cerita yang kau sampaikan begitu indah, tapi yang lebih penting otak yang kau miliki begitu cemerlang hingga sedemikian rupa bisa tertuang dalam bentuk tulisan.
Kisah yang kau tulis menguatkan saya, pemikiran kau memberi saya inspirasi.
Bilakah kita saling berbagi cerita suatu hari nanti sambil minum kopi, Dee ?
Oya peluk cium untuk Keenan dan Atisha ya, Dee
Dan rasanya ini bukan surat cinta…

Pengagum kau,
-NanDa-

(dikirim oleh @ZahriMaya di http://sofacokelat.tumblr.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar