Rabu, 26 Januari 2011

Dinda di Surga

Dear Dinda,...

Apa kabarmu disana?

Ah, pastinya baik-baik saja. Bagaimana rupa bidadari, bagaimana surga, bagaimana malaikat, bagaimana cinta, apa kamu pernah ketemu cowok ganteng disana. Atau jangan-jangan kamu lagi nonton konser si Jacko di surga. Dinda aku rindu kamu. Aku merindumu hingga ke ubun-ubun. Rindu saat-saat kita bersama.

Din kamu ingat, kalau ada acara keluarga kita selalu melarikan diri dari hiruk pikuk obrolan gak penting mereka. Kita biasanya kabur setelah memindahkan makanan ke perut. Biasanya ngorok di mobil.

Mama sekarang sakit Din, kata dokter jantung, ada apa entahlah. Hanya mama harus di operasi dan di pasangi cincin di jantung. Dan Papa, seperti kamu tahu kesibukannya yang luar biasa membuatnya tak bisa untuk sekedar mengantar mama ke rumah sakit. Untung ada bang Jo dan aku.

Sudah deh soal mama. Ini tentang kamu lagi Din. Kemarin aku ketemu Dio. Pacar kamu. Dan dia berantakan sekali. Setahun kamu tinggalkan dari kabar yang aku dengar dia masih sendiri, hingga saat ini. Ah, begitu besarnya cintanya padamu, begitu besarnya setianya padamu, hingga 365 hari sepeninggalmu di tetap Dio yang hatinya kau miliki.

Ini lagi, aku rindu saat-saat kita duduk di balkon rumah, menikmati rintik hujan sore-sore. Dengan kopi bikinanmu yang luar biasa enak. Aku rindu kamu yang datang padaku minta di peluk, saat berantem sama Dio. Aku rindu kamu. Hanya kamu Dinda. Sembilan bulan berbagi makan dalam rahim mama. Dua puluh tahun bersama dalam kehangatan pelukan mama dan bang Jo. Bagaimana tidak aku masih merasa kehilangan kamu. Aku tak lengkap. Aku tak utuh.

Dulu ketika masih hidup, kalau aku sakit perut, lima menit kemudian kamu juga sakit perut. Apakah sekarang masih berlaku. Ketika aku rindu kamu juga merindukanku.
Seringkali aku duduk menatap gumpalan awan dilangit, berharap melihat bayanganmu disana. Memakai sayap berbulu dengan gaun putih cantik. Atau aku sering sekali datang ke pusaramu hanya sekedar berbincang denganmu.

Aku menyesal kenapa kecelakaan itu menyisakan aku. Aku hidup. Dan kau pergi. Aku merasa bersalah, kalau saja waktu itu aku yang menyetir, mungkin kamu selamat.

Dinda, setiap malam aku mengirimkan doa padamu. Lewat sujudku. Semoga tempatmu disana adalah tempat terindah sepertimu yang memang indah.

Oh yah Din, malam ini rumah ramai. Tepat setahun kepergianmu, keluarga berkumpul. Mendoakanmu. Aku harap kamu hadir. Dengarkan lantunan Yasiin dan tahlil kami. Semuanya agar kau tenang disana.

Aku pergi.



Peluk Cium.
Diandra.

---Oleh:

(diambil dari: www.amaachmad.blogspot.com )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar