Sabtu, 15 Januari 2011

Drupadi

Dear My Swedish man…

Buku Bhagavad Gita yang kau berikan padaku baru saja kubaca beberapa lembar. Kau menyarankan padaku untuk membaca bab dimana Khrisna memberikan petuahnya pada Arjuna agar aku dapat lebih memahami makna dari hidup ini. Tapi sesungguhnya, aku lebih suka ketika kau menceritakan tentang kisah kehidupan tokoh wayang itu sendiri.

Sebagai seorang Pria Swedia, kecintaanmu pada wayang membuatku takjub dan kau mencuri hatiku saat kau memperkenalkanku pada Drupadi. Menurutmu Drupadi hampir sama dengan diriku, dicintai oleh lima lelaki setengah dewa setengah manusia. Mungkin Bhisma yang tenang dan bijaksana, kukuh pada prinsip dan patriotik lebih cocok untukmu.

Sejak kau memanggilku dengan sebutan Drupadi, perasaanku mulai melekat padamu. Setiap menjelang senja, kita duduk di kursi taman dan kau mulai bercerita mulai dari Drupadi mencari suami melalui sayembara. Selanjutnya aku berbagi kisah tentang kelima lelaki yang mewarnai kisah romantisku.

Hingga suatu hari, kisah Drupadi berakhir di cerita Pandawa Seda dan kisah itu pula yang mengakhiri pertemuan rutin kita di kursi taman. Aku tercekat ketika kau mengatakan akan kembali ke Stockholm. Lalu setelah menyerahkan buku itu, kau berharap saat kita bertemu lagi nanti, aku sudah menjadi seperti Shinta yang setia pada Rama.

“Bagaimana jika Drupadi tidak menjadi istri Pandawa, apakah bisa menjadi istri Bhisma ?” tanyaku perlahan. Kau tersenyum.. “Tidak mungkin sama sekali, Bhisma sudah berikrar tidak akan menikah seumur hidup, My Dear”

Tiga tahun berlalu sudah, buku itu tersimpan rapi di sebelah meja tempat tidurku. Ah Jesper… seandainya aku menjadi Shinta, berkenankah kau menjadi Rama ?

----

Tidak ada komentar:

Posting Komentar