Minggu, 16 Januari 2011

Hari Keempat

Lily yang cantik, rinduku yang rintik-rintik,

Ini surat keempat dan melewati hari dengan menulis membuat waktu terasa indah. Tidak seperti dulu. Di malam seperti ini, biasanya hampa. Seringkali aku menghabiskan waktu dengan melamun. Kadang aku duduk bersandar tembok penjara, lalu mulai membayangkan apa-apa saja yang telah terjadi di luar. Lama sekali aku tidak menonton TV, jalan-jalan, nonton bioskop, bermain laptop dan juga membuka Facebook. Tapi ngomong-ngomong, profile pic-ku masih itu terus pasti! Foto kita berdua di Taman Safari. Hahahaha.. Aku masih ingat kau hampir menangis di waktu ingin memegang gajah. Lucu sekali. Bagaimana dengan primpic-mu, ya? ;)

Sekarang adalah malam. Kalau susah tidur rasanya seperti masih sore. Sedangkan di tiap aku melihat pagi, aku merasa telah bangun kesiangan. Siang hari membuatku makin menunggu malam namun sore rasanya waktu terlalu pagi. Aneh memang. Namun inilah hidup yang terkurung. Kau pasti bingung merasakannya.

Lily, aku tidak bosan mengatakan hal ini: “Aku merindukanmu!”

Bila rindu seperti badai, aku hanyalah ranting pohon yang rapuh. Patah terhempas alam dan melayang-layang di udara, terseret-seret di jalan raya. Begitulah alam rindu, semesta alam yang liar dan tidak terkendali. Aku bisa terkoyak-koyak karena terlalu merasakannya. Rasa rindu ini meruncing dan membenamkan ketajamannya di dinding perasaanku. Nyeri.

Nasibku, Li. Seperti langit dan bumi kita berbeda. Aku di penjara dan kau ada di rumah. Di sini banyak nyamuk dan di kamarmu pastinya sejuk. Jauh sekali perbedaannya. Namun sampai langit adalah atap dan bumi jadi istana, kuharap kita tinggal di sama rasa. Saling mencintai dan membentengi di dalam keadaan apapun.

Aku terbayang bahwa kamu bagaikan malam. Pagi, siang dan sore, itu hanya ruang tungguku. Di detik ini aku menulis surat, bintang dan bulan menyaksikannya. Jemariku menari-nari di atas selembar panggung, tarian teruntuk engkau, kekasihku, puisiku, makna terdalam bagi hidupku. Maka selama masih ada kamu dalam hatiku, apa yang hampa dalam hidupku? Tidak, Sayang.. Kamulah demi dan dengan! Demi kamu kurela mati, denganmu kuingin hidup.

Lily, jangan ingat-ingat kesalahanku! Karena mencintaimu, aku tidak hanya belajar mengungkapkan perasaan, tetapi juga mengampuni. Inilah suratku, sebagian kecil dari rindu yang sesamudera.

Salam untukmu dan duniamu,

Aku, seorang pria yang ingin berbuat benar dan tetap merindukanmu,

Igo

----

(dikirim oleh @zarryhendrik di http://zarryhendrik.tumblr.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar