Kamis, 20 Januari 2011

Hari Ketujuh

Untuk Lily, ucap terima kasihku kepada Tuhan,

Terima kasih, Sayang. Terima kasih telah membalas suratku. Ketika Dion datang dengan ekspresi datar, awalnya aku meragu. Ternyata aku salah.

Pertama kulihat selipat kertas pada tangan Dion, mataku mulai terbinar-binar. Serasa kunang-kunang sedang reuni dalam mataku. Sungguh benar adanya, itu surat darimu. Telapak tangan yang sudah lama tidak menggenggammu ini, menangis. Basah dan gemetar saat meraih suratmu. Aku tidak ingin membukanya. Tidak di depan Dion. Karena malu juga aku menangis haru di depannya. Jadi aku berpikir, nanti saja, saat seolah dunia berubah hening, itulah waktu aku baca suratmu. Hehehe..

“Bagaimana, Kawan? Bagaimana?” Aku langsung bertanya kepada Dion. Ingin tahu apapun tentangmu. Apapun!

Aku mewawancarainya bak wartawan. Segala informasi yang dikatakannya, aku catat di dalam pikiranku, bahkan dengan huruf tebal dan besar. Senang sekali mendengar berita tentangmu, keseharianmu, kesehatanmu, kecantikanmu dan banyak hal lain yang menyangkutkanmu. Sampai-sampai, aku lupa bertanya tentang kabar Dion sendiri, Pak Pos sementara kerinduanku. Hahahaha..

Tetapi Lily, kata Dion sekarang rambutmu pendek. Sejak kapan kau punya niat memotongnya? Apa itu model yang bagus? Itukah trend tahun ini? Benar-benar cocok untukmu-kah? Ah, aku hanya terlalu kagum pada rambut panjangmu. Hitam, lurus, terawat dan wangi. Rambut yang terderai di pikiranku, terkibar-kibas angin rinduku. Tetapi tak apa. Kau tetap cantik dalam keadaan apapun, selama aku mampu merindukanmu. :)

Tidak banyak waktu yang bisa kuhabiskan bersama Dion. Kau tahu, ada batasan waktu untuk siapapun menjenguk napi. Yah, mungkin beberapa napi yang dimanjakan di sini, maksudku karena mereka pejabat atau orang kaya, acap kali dapat kesempatan spesial. Aku? Makan nasi yang hangat saja sudah bersyukur. Nasi di sini biasanya sudah dingin dan kadang lembek. Seperti tidak dimasak dengan matang. Tidak mudah bagiku menikmatinya.

Selepas Dion pergi, aku langsung beranjak, terburu-buru memburu tempat yang sepi untuk ku bisa membaca surat. Senyumku terlihat benar-benar berteman dengan langit sore. Terpancar kebahagian dari mimikku, pula aku berjalan dengan keriangan. Senang sekali rasanya.

Kemudian sesaat kutemukan tempat yang tepat, mulai kubuka suratmu dengan hati-hati. Aku sampai menahan nafas, kau tahu?! Punggungku bersandar di tembok dan berdiri, memakukan mataku pada tulisanmu.

Igo yang sabar,

Awal aku membaca, kurasa kau memulai suratmu dengan satu kelembutan. Seperti benar-benar kudengar suaramu, Lily-ku sayang memanggil aku. Kau memulainya dengan baik, Li. Sebuah sapa yang menguatkanku di sini. Kemudian aku membaca lagi, kuselami tulisanmu sampai bentuk torehan penamu. Aku meresapinya sampai ke sum-sum abjad-abjadnya.

Lily nggak tahu mesti nulis apa. Igo tahu khan Lily nggak jago nulis kayak Igo yang sekarang. Jago banget tauuuuu! Lily sampai heran banget pas tahu Igo pinter nulis surat begini. Salut pokoknya. :)

Igo gimana kabarnya? Dari surat yang Igo tulis, kayaknya Igo susah banget yah tinggal di sana. Makanya, Igo lain kali kalo nyetir mobil jangan sambil mabuk. Itukan akibatnya! Tapi Igo yang ganteeeeeeng, Igo harus sabar yah.. Harus kuat menghadapi ini semua. Mungkin ini cobaan buat Igo supaya Igo bisa lebih baik lagi di hari nanti.

Lily kangen sama Igo. Kangeeeeeeeeeeeeeeeeeeeen! Kangen banget banget banget banget! Sehari-hari Lily kerjaannya mikirin Igo aja. Sambil makan, Lily mikirin Igo. Sambil minum, Lily mikirin Igo. Pokoknya hidup Lily mikirin Igo doang kerjanya. Hehehehe..

Maaf ya Igo, Lily nggak bisa nengok Igo. Lily ke mana-mana sekarang pake pengawal. Bener-bener nggak boleh ketemu Igo sama papa. Dia kuatir kalo Lily dateng ke sana, berhubungan lagi sama Igo atau sama keluarga Igo.

Papa bener-bener nggak setuju kalau Lily punya pacar narapidana. Pernah masuk penjara. Padahal khan Lily tahu Igo nggak sengaja nabrak orang. Igo khan lagi mabuk, ya? :_(

Tapi Igo tenang ya… Lily masih sayang sama Igo. Lily tungguin Igo keluar pokoknya. Jadi Igo yang semangat hidupnya di sana. Penjara khan serem ih.. Igo hati-hati jaga diri ya…

Udah dulu ya Lily nulisnya. Abis Lily nggak bisa nulis surat yang cakep kayak Igo. Malu.. hehehehe…. Tapi Lily jadi suka bacain surat Igo jadinya nih.. Untung ada Dion yah, bisa bantuin kita surat-suratan. Hehehe.. Seneng!

Igo baik-baik ya… Jangan nakal! :)

Mmmuaah.. Mmmuaaah.. Mmmuaaah…

LILY SAYANG IGO!

Lily, ini aku benar-benar mengulang lagi isi suratmu. Aku ingin benar-benar menghayatinya tidak hanya dari membaca, tetapi juga menulis. Aku ingin merasakan apa yang kau rasakan saat menulis dan aku ingin kau ingat pada suratmu. Surat yang indah. Kau menulis apa adanya dan tidak ada satupun aku merasa ada yang kurang dari suratmu. Itu adalah Lily, Lily yang masih Igo kenal sedari awal. Lily yang manja, rewel, cerewet, cengeng, tetapi Igo sayang. :)

Lega dan bahagia bercampur menjadi satu di dalam gelas, itu gelas kehidupanku. Lily, itu surat yang benar-benar tiada duanya. Banyak hari aku tidak mendengarmu, melihatmu, tetapi lewat satu surat yang kau tulis itu, seharian aku hanya tersenyum. Sampai Iwan yang kuajak membaca suratmu, ikut tersenyum juga.

“Lily yang manja pastinya!” Cetus Iwan mendorong pundakku. Dan ketika aku membalas dan mendorong badannya, ia kesakitan. Aku lupa ada memar di situ. Lucu sekali.

Sayang, kau tidak perlu menyamai ciri suratku. Surat ini kukemas sepenuh hati untuk menjadi cerpen bagi harimu, buku bagi hidupmu. Jadi kau boleh tahu, banyak cerita di duniaku di sini, terlebih dunia dalam hatiku. Apa kau senang? Aku sih senang menulis surat untukmu. Kuharap ini membahagiakanmu. :)

Tentang ayahmu, aku tidak bisa berkata banyak. Itu seorang ayah yang hanya menginginkan yang terbaik untukmu. Namun sederas kita berdoa dan meminta kepada Tuhan, kuharap Tuhan bisa meluluhkannya.

Terima kasih, Sayang. Terima kasih untuk tetap mencintaiku. Terima kasih untuk masih merindukanku dan terima kasih untuk tetap berdiri di rasa yakin. Bila aku pergi bagaikan malam, itu hanya aku yang menjumpaimu sebagai pagi. Aku mencintaimu, Li. Igo sayang sama Lily. Ingatlah itu di manapun kamu berada!

Baiklah, aku ingin tidur sambil memeluk suratmu. Mungkin ini terdengar konyol. Aku hanya ingin melakukannya dengan percaya diri sambil mempercayai datangnya hari, bahwa kita akan menikah. Maka semoga, malam ini aku bermimpi tentang pernikahan. Bila itu terjadi, pasti aku tidur sambil menangis.

Ya sudah, baik-baik Lily di sana. Nurut-nurut apa kata mama dan papa, tapi kalau boleh, jangan dipotong lagi rambutnya! :)

Yang sayang Lily sekali,

Igo.

(dikirim oleh @zarryhendrik di http://zarryhendrik.tumblr.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar