Kamis, 20 Januari 2011

Kepada sahabat.


Selamat Malam Sahabat.
Peluk sayang untukmu.
Apa kabarmu?. Berbulan tak bertemu, aku merindumu. Entah apa kau akan membaca surat ini, atau membuangnya. Aku harap hatimu menuntun tanganmu untuk membuka surat ini, dan menuntun matamu untuk membacanya. Semoga.

Andin, buatku persahabatan kita begitu berharga. Saking berharganya aku mau kita seperti dulu. Yakinlah.
Aku mau kita yang dulu, yang bicara tentang apa saja. Aku mau kita yang dulu, yang tak pernah sungkan untuk saling minta tolong. Aku mau kita yang dulu, yang dikira banyak orang saudara kandung.

Tolong. Bicara dengan hatimu. Apa aku sahabatmu, apa aku orang yang mengenalmu semenjak kita main ayunan di taman kanak-kanak tega mengkhianatimu?.
Tolong Ndin, berpikirlah. Simpan dulu emosimu.
Maaf kalau aku boleh bilang, Cintamu padanya membutakan mata, hati dan pikirmu. Kamu serupa tak kenal aku lagi.

Aku akui aku pernah berbohong. Aku akui aku bukan orang suci yang tak pernah bohong. Tapi untuk ini, aku tak mungkin bohong, Ndin.
Sayangku, padamu membuatku menceritakan semua padamu. Aku tak rela sahabatku dimiliki lelaki "sakit" seperti itu.

Kalau boleh aku cerita lagi. Hari itu, lima bulan lalu. Dia ,pacarmu, tiba-tiba datang ke apartemenku. Hari itu aku tidak kerja, flu berat. Dan dia datang membawa bubur ayam kesukaanku, katanya darimu.

Aku percaya, Ndin. Setengah jam berselang. Dia tiba-tiba menarikku dari kursi tempatku duduk. Memelukku erat. Aku berontak, Ndin. Di robeknya baju tidurku. Di angkatnya aku, dibanting di tempat tidurku. Di tindihnya aku. Aku berontak. Sekuat tenaga aku berontak, dia ternyata sangat kuat. Tiba-tiba dia lengah, aku lari ke pintu. Di tariknya kakiku, aku merayap menggapai pintu. Dan seseorang mengetuk pintu apartemen. Penolongku. Dia kakakku yang datang menjenguk.

Dia kelabakan dan langsung lari. Andin, kamu boleh tanya kakakku, bagaimana rupaku saat itu. Hanya karena aku tak mau ini jadi panjang, aku menolak usulnya untuk melaporkan dia ke yang berwajib.

Jadi Ndin, maafkan aku. Semua yang kau pikir tak benar. Aku tak pernah menggodanya. Menyimpan nomor telponnya pun tidak.
Meminta maaf ini bukan karena aku salah. Tapi karena aku ingin kita tetap sahabat. Kita tetap saling sayang. Yah, karena kusayang kamu, aku minta maaf.

Aku kehilanganmu, sangat. Kumohon, Ndin. Maafkan aku.
Karena aku menyayangimu juga, maka aku rela kau menghapus namaku dari daftar sahabatmu, jika itu membuatmu bahagia, aku rela kau hapus. Aku rela.
Yah, karena aku sayang kamu.


Dariku.
Sahabatmu.
Dengan Sayang


---Oleh:


(diambil dari: www.amaachmad.blogspot.com )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar