Kamis, 20 Januari 2011

Kota Kita

Hei, Kakak. Aku baru kembali dari Kota Kita. Kota di mana kita pernah satu SMA. Untungnya kita sekampus lagi. Semester baru sebentar lagi dimulai, ya? Aku takut. Grogi. Kepikiran segala sesuatunya. Urusan akademik dan nonakademik. Urusan buku kuliah dan baju kuliah. Urusan makanan dan kucing yang lewat. Urusan pertemanan dan pengorbanan laptop.

Berbeda jauh dengan sebulan yang lalu. Dengan hati riang aku memulai libur semester yang kebetulan bersamaan dengan libur Natal dan Tahun Baru. Tanggal 23 aku sudah lepas landas dari Jakarta menuju Kota Kita yang indah. Kau sudah berangkat duluan ya waktu itu? Tanggal 21?

Kota Kita. Kota Kita yang cantik. Yang slogannya tidak pernah bohong, karena memang beriman: bersih, indah, aman, dan nyaman. Yang kalau kita keluar dari airport pemandangannya sudah menentramkan hati—jalanan yang bersih dan mulus. Ah, kita tidak heran ya. Kota Kita sudah menyabet berapa Adipura? Empat belas atau lima belas ya, aku lupa.

Orang-orang kira Kota Kita isinya hutan saja, atau kota pertambangan yang kotor dan pengap. Sama seperti yang aku kira tentang Jakarta, kupikir isinya macet saja. Aduh, maaf. Aku melantur. Oh, iya. Kakak sudah berapa lama tinggal di Kota Kita?

Aku sih sejak lahir. Aku lahir di sana, sampai lulus SMA. Kemudia pindah untuk kuliah. Sering homesick. Tau lah penyakit mahasiswa baru. Namanya juga kota kelahiran, kampung halaman. Bahkan orang tuaku bertemu di Kota Kita. Waktu masih lajang mereka berkenalan di gereja di Kota Kita itu.

Ah, memang setengah dari Kota Kita daerah hijau, jadi hutannya masih banyak. Tapi aku nggak malu kalau orang bilang aku dari hutan. Aku bangga malah. Mereka nggak punya beruang madu, orang utan, ikan pesut, dan lainnya. Mereka nggak ngerasain punya rumah di dekat hutan kayak aku, yang terletak di atas bukit, dan di baliknya ada laut. Yang kadang-kadang ada ular masuk ke rumah, anjing dan kucing liar lewat, biawak masuk teras, dan burung merpati terbang-terbang. Bahkan pohon di depan rumah itu sarangnya tupai dan di jalan seberang sana pernah ada musang lucu bermain di sana.

Kota Kita indah ya, Kak? Potensinya memikat. Banyak bule. Konsulat Prancis. Kotanya tertata rapi. Jauh berbeda dari sangkaan orang.

SMA kita di sana. Rumahmu di sana, rumahku di sama. Orang tua kita di sana. Nanti kita kerja di sana. Menikah denganku dan tinggal di sana, mau kan?

(dikirim oleh @sophielavoine di http://lettredamourpourtoi.tumblr.com/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar