Jumat, 21 Januari 2011

Mimpiku akan masa depan

Hai teman,


Kamu pasti akan terkejut membaca ceritaku ini. Tadi pagi saat aku duduk di sebuah taman, seorang perempuan tua berjalan mendekatiku. Aku tak kenal siapa dia, namun entah kenapa aku langsung percaya saat mendengar perkataannya. Nada suaranya terdengar ramah. Ia menemaniku duduk di rumput hijau.


Si perempuan tua ini lalu memintaku menunjukkan telapak tanganku. Aku pun menurut. Hanya dengan membaca guratan tangan, ia langsung mengenaliku luar dalam. Usiaku sekarang, sakit yang pernah kuderita, kisah hati yang kurasakan baik suka maupun duka, hingga hubunganku dengan keluargaku. Aku agak khawatir mendengar semua ini, namun tetap saja, rasa penasaran mendorongku untuk lebih banyak mendengar setiap perkataannya.


Sebelum melangkah pergi, ia memberiku sebuah apel merah. Ya apel merah. Pikiranku kok langsung teringat dengan kisah Putri Tidur. Ia berpesan agar aku memakan apel ini saat aku pulang nanti. Katanya, aku akan tertidur sesaat aku memakannya. Dalam mimpi aku akan mendapatkan gambaran masa depan tentang siapa jodohku dalam hidup ini, dan apa-apa saja yang akan aku lakukan dengannya. Aku cuma tersenyum. Tanpa bermaksud menghina dengan mengatakan tak percaya, aku terima saja apel itu sambil berucap terima kasih.


Malam itu sebelum tidur, aku lama memandang apel merah di meja samping tempat tidurku. Antara percaya dan tidak. Antara keraguan apakah apel ini beracun atau tidak. Akhirnya aku putuskan untuk mengunyah habis apel itu, tanpa pikir panjang. Aku baringkan tubuhku dan memejamkan mata. Tak ingat berapa lama, namun aku yakin aku langsung tertidur pulas saat itu.


Saat aku terbangun esok paginya, semua isi mimpiku tergambar dengan jelas. Aku ingat setiap detilnya, seakan semuanya nyata. Kamu mau tahu apa yang kuimpikan? Percaya atau tidak, wajah kamulah yang selalu muncul dalam mimpiku.


Dalam mimpiku, aku menulis surat ini. Persis surat dengan kamu baca saat ini. Aku melihat kamu kaget, lalu tersenyum dan tertawa kecil saat membacanya. Lalu aku ingat kita berdua duduk di sebuah rumah makan dengan nyala lilin menerangi meja. Dalam mimpiku kamu terlihat sangat manis, parasmu tampak cantik dalam kesederhanaan riasan. Kamu mengenakan gaun merah terang. Kita tertawa berdua saat berbagi cerita. Aku rasa kita punya banyak kesamaan, mengingat kita tak pernah berhenti bicara dalam mimpiku malam itu.


Aku ingat dalam mimpiku kita juga berjalan di tepi pantai, bergandengan tangan. Kita juga sempat berdebat kencang, namun semua emosi kekesalan hilang saat kita berdua berpelukan. Banyak hal yang aku lihat dalam mimpi. Semua suka, semua duka, semua kesempatan, semua tantangan, bercampur baur dalam masa depan yang mungkin ada. Semua cerita yang tak akan habis kutuliskan dalam surat ini.


Kamu mungkin panik membaca surat ini, atau bahkan takut, mengingat kita berdua hanyalah teman biasa. Kita bahkan tak pernah sekalipun pergi berdua. Aku bahkan tak tahu apakah kamu akan percaya isi suratku ini. Namun kamu tahu? Aku akhirnya memberanikan diri untuk menuliskan surat ini, seperti yang kuingat dalam mimpi. Aku tak peduli apakah setelah ini kamu akan membenciku.


Namun maukah kamu memberiku kesempatan untuk mengenalmu lebih dekat? Maukah kamu menemaniku pergi bersama di suatu malam nanti? Maukah kamu mendengar ceritaku lebih jauh? Karena jelas aku ingin mendengar kisah hidupmu lebih jauh.


Kamu boleh menjawab tidak, dan aku pun tak akan memaksa lebih lanjut. Namun kamu boleh menjawab ya, dan mencoba apakah memang kita berdua ditakdirkan bersama di masa depan.


Aku sungguh berharap kamu mau menjawab ya.


(dikirim oleh @pitra di http://laindunia.media-ide.com/2011/01/21/mimpiku-akan-masa-depan/)

1 komentar:

  1. benar tidaknya crita dlm surat ini hanya kau, apel dan nenek tua itu yang tau..:))

    BalasHapus