Jumat, 21 Januari 2011

Nasihat yang baik sebelum tidur.

Tidurlah,
Ini sudah larut dan sebentar lagi malam menjemput mentari untuk berganti piket dengan pagi..
Aku tahu kau sudah terlalu lelah. Memang fisikmu tidak, tpi pikiran dan perasaanmu siapa yang tahu? Ah, sepertinya aku tahu.

Iya aku paham kok. Setiap hujan datang kau ingin menjadi payung bagi dia yang tak tergapai. Kau ingin jadi benda mati yang diakuinya. Karena ia tak mau melihatmu sebagai sosokmu maka kau pun ingin minum ramuan polijus agar kau menjadi orang lain.

Kau bilang kau ingin ramuan polijus yang terkomposisi dari 3 helai rambut putri bulan. Karena dia tergila gila pada putri bulan, maka kau ingin jadi putri bulan. Sungguh kau tidak perlu menjadi orang lain, tolong singkirkan ide polijus itu! Kau bahkan tidak perlu memperjuangkan lelaki yang bahkan lupa nama lengkapmu!

Sadarlah, duniamu bukan hanya selebar dia. Kau kuat kau perempuan kuat. Aku percaya kau sebenarnya lebih besar dari yg kau pikirkan.

Kau terlalu muda untuk menjadi layu.. Hai, kenapa begitu lesu? Perlu kubantu kau menarik kelopak matamu dengan jariku agar kau bisa melihat bahwa ada langit biru dan padang rumput hijau. Dunia ini bahkan terlalu indah untuk tidak kau nikmati setiap detiknya setiap massanya, setiap udaranya yg bergerak menjadi angin.

Aku paham kau kesepian. Karena kau terlalu sulit untuk menemukan kembali orang berporsi pas bagimu. Kau memang selalu memuja ke’pas’an. Tidak lebih dan tidak kurang, begitulah prinsipmu. Ku tekankan padamu, jangan mencari ‘pas’ pada sosok lain, konstruksilah ‘pas’ pada dirimu yang layu akibat ketidak seimbangan dan kegalauan yang sangat kau resapi.

Ini sudah larut,
Esok pun kau harus kembali mengais asa di setiap sudut kota ini. Jangan terus jadi aktor, kdang pada sebuah titik kau cukup menjadi penonton yang duduk dengan nyaman di sudut kota bersama secangkir coklat panas tergenggam di tangan sebelah kanan.

Tidurlah..
Kegalauan hanya mampu dikalahkan dengan tidur. Tidak perlu membawa hati yang hancur dalam mimpi. Perlahan, aku akan mengelus kepalamu perlahan sampai kedua kelopak matamu mulai bertemu.

Tik tik tik..
Hai, itu rinai hujan.
Aku harus pergi.
Kendaraanku pun tiba bersama petir yang menyambar.
Aku harus pergi membaur bersama bulir air bertebar di tanah kemudian masuk ke dalamnya.
Meresap mencari keseimbangan hidup yg nyata.


Surat dari saya untuk saya..


---Oleh:


(diambil dari: www.heditiadamanik.tumblr.com )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar